Jumat, 24 April 2009

Remaja Paling Rentan Tertular HIV/AIDS
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pengunjung Mal Ciputra mengisi lembar bentuk dukungan dan kepedulian dalam pencegahan HIV/AIDS yang dibagikan oleh relawan Asa PKBI dalam memperingati Hari Aids se-Dunia, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/12/2008). Berdasar data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah komulatif kasus HIV/AIDS sejak tahun 1993 hingga 2008 tercatat 1.747 kasus, yakni 1.296 kasus HIV dan 451 kasus AIDS.
/
Jumat, 24 April 2009 20:29 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Dari kasus yang terdeteksi oleh Departemen Kesehatan didapatkan bahwa jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS terhitung sejak 1987-akhir Desember 2008 di Indonesia adalah 22.664 kasus
, dengan rincian kasus HIV 16.110 kasus dan kasus AIDS 6.554 kasus. Dari jumlah tersebut telah ada 3.362 kasus kematian.
"Sekarang ini yang paling berisiko terkena HIV/AIDS adalah para remaja yang masih belum paham bahayanya," kata Koordinator Kampanye Yayasan AIDS Indonesia Adrian Yulianto saat Yayasan AIDS Indonesia menggelar "Pos Informasi Road Mall to Mall" di ITC Cempaka Mas Jakarta, Jumat (24/4).
Untuk kegiatan tersebut, Yayasan AIDS Indonesia menghadirkan grup vokal Pasto sebagai bintang tamu sekaligus duta Yayasan AIDS Indonesia. Pasto dinilai memiliki komitmen kuat untuk turut menyosialisasikan bahaya HIV/AIDS pada anak muda atau remaja di Indonesia. Kegiatan yang melibatkan Pasto tersebut mengangkat tema "Stop AIDS, Before AIDS Stop Your Life".
Kegiatan yang berupaya merangkul remaja di Indonesia ini bertujuan untuk memperkenalkan pada mereka tentang perilaku yang dapat meningkatkan risiko tertular HIV/AIDS, antara lain, memakai jarum narkoba suntik secara bergantian dan melakukan hubungan seksual yang berisiko tinggi.
Kasus HIV/AIDS yang muncul ke permukaan sangat kecil dibandingkan jumlah kasus yang sebenarnya. Hal ini disebabkan orang dengan HIV masih tampak sehat sampai 5-10 tahun bahkan lebih jika ia menggunakan obat antiretroviral (ARV) tanpa orang lain tahu.
Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah sekitar 169.000-216.000. Remaja yang masih rentan dalam pergaulan yang sangat bebas di era modern ini perlu mendapat masukan mengenai bahaya HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya.
"Remaja merupakan sasaran empuk untuk menjadi konsumen pelanggan narkotika dan industri seks saat ini. Masalah inilah dapat merusak perilaku sehat menjadi perilaku berisiko dalam penularan Infeksi Menular Seksual," kata Adrian Yulianto.

Wah, Darah PMI Mengandung Virus HIV/AIDS

Selasa, 21 April 2009 14:18 WIB
KARAWANG, KOMPAS.com — Sekitar 10 persen darah yang disumbangkan sukarelawan ke Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Karawang, Jawa Barat, selama 2008 lalu mengandung virus HIV/AIDS. PMI langsung memusnahkan darah yang tercemar itu dengan cara dibakar. "Pemusnahan darahnya dilakukan di Jakarta," kata Ketua Badan Narkotika Karawang (BNK) Eli Amalia Priatna di Karawang, Selasa (21/4). Dikatakannya, dibandingkan dengan jumlah darah yang steril, darah yang tercemar virus HIV/AIDS itu terbilang sedikit. "Kebutuhan darah di PMI Karawang sebanyak 900 labuh, dan saat ini stok labuh darah di PMI Karawang masih mencukupi," katanya. Sementara itu, jumlah penderita HIV/AIDS di Karawang selama tahun 2008 sebanyak 616 orang, dan 60 orang di antaranya meninggal dunia. "Jumlah yang tercatat itu baru penderita yang melakukan pemeriksaan. Jadi, orang yang tidak melakukan pemeriksaan tidak diketahui positif atau tidaknya," katanya. Eli yang juga Wakil Bupati Karawang itu mengatakan, rata-rata penderita HIV/AIDS di Karawang akibat penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan hanya sebagian kecil penderita yang tertular akibat hubungan seks.

Sistem Baru Pengelolaan Obat ARV Diterapkan

Rabu, 22 April 2009 16:25 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana menerapkan sistem baru dalam pengelolaan obat antiretroviral (ARV) untuk mendukung pengobatan infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS). "Mulai 1 Juli nanti kita akan pakai sistem ’Voluntary Pooled Procurement’ atau VPP dimana ARV dibeli secara global, harganya jadi lebih murah sehingga kita bisa membeli lebih banyak. Dan ada model distribusi dan penyimpanannya yang lebih baik," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi dalam simposium mengenai kesinambungan Antiretroviral Therapy (ART) di Jakarta. Penerapan sistem itu diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah dalam pengadaan dan distribusi ARV yang dalam satu tahun terakhir sering dikeluhkan pengelola rumah sakit rujukan pelayanan terapi ART dan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kepala Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Departemen Kesehatan Dyah Erti Mustikawati menjelaskan, sistem itu akan digunakan untuk pengadaan ARV dari dana the Global Fund. "Sebelumnya the Global Fund hanya memberikan dana, kita yang mengelola dan melakukan pengadaan ARV. Dengan VPP nanti, kita akan menyerahkan sebagian bantuan dana untuk VPP yang akan langsung memberikan ARV, jadi beban kita lebih ringan," katanya. Tim VPP, kata dia, juga akan memberikan asistensi kepada pemerintah dalam pembangunan sistem pengelolaan ARV baru yang lebih efisien, termasuk dalam penerapan metode penyimpanan dan distribusi ARV. Menurut Dyah, pemerintah akan bekerja sama dengan PT Kimia Farma untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan ARV yang didapat dari tim VPP the Global Fund. "Jadi nanti hanya ada satu pintu, karena selama ini pengadaan ARV dengan dana APBN juga dilakukan PT Kimia Farma," katanya. Ia menjelaskan pula bahwa untuk mendukung kesinambungan terapi ARV bagi ODHA pihaknya mengusulkan agar penetapan alokasi dana untuk pengadaan ARV dipisahkan dari keseluruhan pengadaan obat program supaya prosesnya lebih cepat. Dyah menambahkan, alokasi dana untuk pengadaan ARV tahun 2009 total Rp61 miliar dimana Rp39 miliar diantaranya berasal dari APBN dan sisanya dari bantuan the Global Fund. Pengalokasian dana tersebut disesuaikan dengan perhitungan jumlah pasien 21.000 orang di seluruh Indonesia. Lebih lanjut dia menjelaskan, pemerintah sudah berupaya menyediakan ARV secara berlanjut untuk mendukung kelangsungan pengobatan ODHA namun demikian ada beberapa hal yang mempengaruhi kesinambungan ketersediaan ARV. "Jumlah pasien terus bertambah sehingga kebutuhan bertambah terus karena ini digunakan untuk perawatan seumur hidup pasien. Obat ARV juga masih terus berganti seiring perkembangan teknologi pembuatan obat," katanya. Selain itu, kata dia, juga ada faktor lain seperti kepatuhan berobat, tingkat resistensi pada pengobatan, ketepatan perkiraan kebutuhan dan faktor-faktor yang berada di luar kendali departemennya.Pemanfaatan Terapi ARVDyah menjelaskan, saat ini pemerintah sudah membangun 482 fasilitas konseling dan pemeriksaan (Voluntary Counselling and Testing/VCT) HIV/AIDS di 123 dari sekitar 440 kabupaten/kota.Pelayanan terapi ARV bagi ODHA, lanjut dia, juga sudah tersedia di 122 rumah sakit rujukan dan 26 rumah sakit satelit.Jumlah pasien HIV/AIDS yang tercatat mendapatkan perawatan hingga Maret 2009 sebanyak 38.888 orang dan 66 persen diantaranya memenuhi syarat mendapatkan terapi ART."Dari jumlah itu 19.579 diantaranya sudah mendapatkan terapi ARV dan saat ini 60 persennya masih menerima terapi dan 19 persennya meninggal dunia," katanya.Sementara jumlah akumulatif kasus AIDS yang terlapor, kata dia, hingga akhir Maret 2009 sebanyak 16.964 kasus. Kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan di provinsi Jawa Barat (3.162), DKI Jakarta (2.807), Jawa Timur (2.652), Papua (2.499), Bali (1.263), Kalimantan Barat (730), Jawa Tengah (573), Sumatra Utara (485), Riau (368) dan Kepulauan Riau (325)

Seluruh Provinsi Terjadi Kisruh DPT

detikcom - 1 jam 23 menit lalu
Kisruh daftar pemilih tetap (DPT) menjadi pelanggaran terbesar dalam pemilu legislatif 2009. Ini terjadi mulai dari tingkat provinsi sampai dengan Tempat Pemungutan Suara (TPS).
if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object();
window.yzq_d['N.DeLXxsfLc-']='&U=13gdf45ug%2fN%3dN.DeLXxsfLc-%2fC%3d732659.13418182.13510629.12823904%2fD%3dLREC%2fB%3d5690139%2fV%3d1';
Hal itu diungkapkan Ketua BP Pemilu Pusat DPP PDIP Tjahjo Kumolo di sela-sela Rapat Koordinasi dan Evaluasi BP Pemilu di Kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung Raya, Jaksel, Jumat (24/4/2009).
"Setelah dirangkum semua laporan pelanggaran dari semua provinsi, akan dibuat kesimpulan dan akan direkomendasikan pada Rakernas besok," ujar Tjahjo.
DPP PDIP akan menggelar Rakernas V pada 25 April besok. Meski Rakernas akan menjadi ajang penentuan cawapres Megawati Soekarnoputri, namun, kata Tjahjo, pelanggaran pemilu legislatif adalah hal-hal yang tidak bisa dipisahkan dengan persiapan Pilpres.
"Karena DPT ini menyangkut kedaulatan pemilih," tegasnya.
Terkait perolehan suara dari tiap DPD, DPP PDIP juga belum bisa melakukan rekapitulasi mengingat rekapitulasi KPU juga mengalami keterlambatan.
"Itu yang menjadi kendala, sampai di tingkat KPPS pun masih belum dilaporkan ke sejumlah derah tingkat I, yang mungkin jarak antara ibukota kecamatan dengan tingkat II sangat jauh," pungkasnya.
Selain masalah DPT, surat suara tertukar juga menjadi masalah yang cukup banyak ditemukan dari laporan 33 DPD PDIP.
Pdt Masada Sinukaban Kesaktian Peduli Generasi Indonesia
Stop HIV AIDS dan Peduli Narkoba
Sumber dari Internet dan Yahoo.Com, DetikCom

Tidak ada komentar: