Rabu, 29 Oktober 2008

Saatnya Menanam Hutan Bukan Merambah Hutan!!

(Bila Perambahan Hutan atau Illegal Logging di Indonesia tidak di Hentikan sesegera mungkin, maka suatu saat Generasi kita nantinya hanya membaca tentang Hutan Tropis di Buku-buku Sejarah atau melihat Fotonya di Museum)

Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutanto, Jaksa Agung Hendarman Supanji dan Menteri Kehutanan MS Kaban (mereka bertiga perlu menyatukan sikap untuk bersama-sama menegakkan Supremasi Hukum di Bumi Indonesia ini Khususnya dalam masalah Perambahan Hutan, Ileggal Logging atau yang sering di sebut Pembalakan Liar). Trio ini diharapkan membahas topik lama yang kian Urgen, pencurian kayu secara besar-besaran. Ini masalah besar di Republik yang pencegahannya menjadi tanggung jawab ketiga instansi Pemerintah itu.

Sangat disayangkan, selama ini aparat Kepolisian, Kejaksaan dan Kehutanan tidak selalu sejalan menghadapi bandit-bandit Pembalak Liar. Dalam kasus Perambahan Hutan atau Pembalakan Liar, Padahal akibat dari kejahatan terhadap hutan sudah begitu mengerikan. Setiap 12 detik, menurut data Bank Dunia 2002, satu lapangan bola Hutan Tropis Indonesia lenyap. Saban tahun Rimba seluas 40 kali wilayah jakarta Hilang dari Peta. Negara rugi rp 45 Triliun pertahun. Indonesia juga menyandang gelar juara pertama “Lomba” merusak Hutan Sedunia, dengan “Melenyapkan” 2% Hutan Tropisnya setiap tahun. Sangat ironis, dalam 2 tahun pertama masa Reformasi, yaitu 1998-2000, pembabatan liar mencapai puncaknya. Akibat buruknya bisa datang setiap saat. banjir, longsor, susut air bersih, kerusakan ekologi, rusaknya lingkungan hidup, panca roba cuaca, Pemanasan Global atau Global Warming dan masih banyak lagi tapi bandit-bandit hutan sepertinya tidak terusik sedikitpun untuk berhenti menguras Hutan.

Mereka terlalu rakus dan tidak bisa disadarkan dengan alasan beradab seperti Pelestarian Keanekaragaman Hayati atau Perlindungan Terhadap Spesies Flora Fauna yang langka. Dikepala Sang Cukong hanya duit dan duit serta duit. Semua alasan dipakai, termasuk terdengar agak masuk akal, misalnya rakyat miskin butuh makan dan karena itu rakyat menjarah Hutan. Padahal, pernyataan begini hanya Kamuflase untuk terus melalap Hutan. Rakyat miskin butuh makan, tapi mereka tak punya kebutuhan merebahkan Pohon-pohon besar jika tidak di sokong penadah Kayu curian. Tidak mungkin Rakyat kecil mampu membeli Alat-Alat Berat Penebang Pohon Jika tidak ada yang memodali Mereka. Rakyat kecil bisa hidup dari Hutan yang dikelola Baik. Tentu sudah sangat terlambat mengelola Hutan dengan baik sekarang ini. Yang perlu dilakukan saat ini hanyalah menahan derasnya arus Kepunahan Hutan kita. Ini perlu agar sekian generasi yang kelak lahir di negeri ini tidak hanya melihat-hutan Tropis di buku-buku sejarah, di foto-foto atau malah di Museum. Misi yang begini berat tak bisa jalan jika aparat hukum bergerak mengikuti Pesan “Sponsornya”.

Kapolri, Kejaksaan dan Menhut perlu bersikap lebih tegas dalam menindak Para Pelaku Perambah Hutan atau Para Cukong tanpa Kompromi. Bahkan bukan hanya mereka saja yang perlu tegas, juga sangat perlu keterlibatan secara bersama yakni dukungan Presiden, DPR, LSM, dan Rakyat bila memungkinkan juga Gereja harus bersama-sama untuk melawan mereka (para Perambah Hutan atau Pembalak Liar itu).

Bersamaan dengan pelarangan Penebangan Hutan, Pemerintah perlu cepat-cepat melansir Program Reboisasi di Hutan yang sudah koyak-moyak itu. Lapangan kerja tersedia, rakyatpun bisa hidup dari sistem pertanian “Tumpang Sari” di wilayah Reboisasi. Yang diperlukan hanyalah sikap tegas Pemerintah dalam menjalankannya. Satu sikap yang sama merupakan modal penting. Kalo sikap Bersama tidak ada, para petinggi sibuk berperang kata-kata, sementara penebangan Hutan jalan terus. Artinya, bencana mengintai kita semua, tinggal tunggu tanggal mainnya. Jadi, untuk menyelamatkan Hutan dan Indonesia, semua kita harus bertanggung jawab, disamping Pemerintah Tegas menindak para Pelaku Perambah Hutan, Rakyat Indonesia juga Harus bersama-sama Menanam Hutan yang sudah Gundul Bukan malah ikut berpartisipasi untuk Menebang Pohon atau Hutan. Agar bencana seperti “Global Warming atau Pemanasan Global” yang sedang melanda Planet Bumi kita yang hanya satu-satunya ini tidak semakin parah, maka itu cintailah!! Beberapa waktu yang lalu (akhir September 2007) tepatnya di New York Amerika Serikat dalam sidang tahunan PBB juga ada 200an Negara yang hadir membicarakan isu yang sangat menggemparkan Bumi ini. Kelanjutan hasil sidang PBB itu pada bulan Desember tanggal 3-14 Desember 2007 lalu berlangsungkan Konfrensi tingkat Dunia di Denpasar Bali, yang dihadiri oleh 189 negara untuk membahas kelangsungan hidup manusia tepatnya menyatukan sikap untuk mengantisipasi masalah Pemanasan Global!! Wah bagaimana dengan kita ya? Apakah anda dan Saya Peduli?? Secara pribadi sebenarnya saya punya sebuah ide atau gagasan yang tampaknya masuk akal atau mudah dilakukan kalau kita mau melakukannya, pertama di mulai dari setiap keluarga umat GBKP (khususnya) umat Kristiani (umumnya) di Indonesia ini. Mulailah menanam pohon di halaman rumah masing-masing, halaman gereja atau tanah kita masing-masing 2-3 pohon apa saja. Mulai dari pohon mangga, rambutan, durian, jambu, mahoni, meranti dll. Hal ini sangat membantu sekali untuk mencegah Pemanasan Global yang bisa menyebabkan perubahan iklim di Bumi ini. Saya pikir hal ini sangat membatu sekali, sudah saatnya Gereja dan para Pemimpinnya untuk lebih konsentrasi melakukan gerakan kampanye menanam pohon. Mungkin kita belum berani dengan tegas melawan para perambah hutan tapi kita masih bisa berbuat sesuatu untuk Bumi yang kita cintai ini. Sekali lagi Gereja harus menjadi pelopor untuk melakukan kegiatan mulia ini. Bila memungkinkan Gereja bisa menggalang dana untuk mengumpulkan uang untuk membeli bibit-bibit pohon untuk bisa di sumbangkan GRATIS bagi setiap rumah tangga umat Gereja GBKP, karena ini sama juga dengan memuliakan Allah karena kita turut menjaga Ciptaannya. Mari bersama kita menjaga dan melestarikan Bumi ini, Saatnya Menanam bukan Menebang!! Niskaya bila hal ini berhasil kita lakukan maka Gereja GBKP bisa menjadi Pelopor bagi Gereja-Gereja di Indonesia dan benar-benar menjadi Gereja yang Peduli Lingkungan Hidup, Selamat Peduli Ya!!

(Artikel ini diangkat dari Majalah Tempo Edisi 16 September 2007 Hal 23 dan Pernyataan LSM di Stiker Sosialisasi Peduli Lingkungan Hidup Salatiga Jawa Tengah)

Untuk menutup Artikel atau Opini sederhana ini saya akan mengutip Firman Tuhan dari Alkitab.

Lalu IA berkata kepada Mereka :

Pergilah Keseluruh Dunia Beritakanlah Injil ke segala Makhluk.

Markus 16:15

Tuhan Yesus Memberkati Kita AMEN


Penulis: Pdt Masada Sinukaban dan Baktiani Sri Melvina Br Ginting

Tidak ada komentar: