Kamis, 26 Maret 2009

Diantara NO Name dan Moter Teresa, Dimanakah Anda??
(Tulisan ini Saya Persembahkan Untuk keluarga NN di Semarang Jawa Tengah)

Nama Moter Teresa pastilah tidak asing bagi kita, dia adalah seorang Suster yang melayani Orang-orang miskin dan yang papa di Calkuta India. Sebuah kota di India yang sangat terkenal dengan kemiskinannya dan kekumuhannya. Di sanalah Moter Teresa melayani dan mengadi. Lebih 40 tahun dia melayani di Calkuta, Ibu kelahiran 1910 di Skopje Yugoslavia ini meninggalkan Biara untuk mengabdi di Calkuta tempat dimana Para Miskin dan Papa ia temui setiap harinya. Moter Teresa rela meninggalkan kehidupan “Duniawi” untuk melayani orang-orang yang “Terbuang” dari Keluarga-keluarganya. Orang-orang yang stress, sakit kusta, korban aborsi, pelacur, orang tua jompo dan orang-orang yang gila di jalanan. Semua di tampung di “Rumah Kasih” Moter Teresa.
Tidak ada yang ditolak di rumah ini, semua kami perlakukan Sama, karena mereka adalah Ciptaan Tuhan Yesus yang paling Mulia yang harus kita hargai dan Kasihi katanya, begitulah kata-kata Moter Teresa kepada pewawancara di Film dan Buku Dokumenternya.
Moter Teresa selalu berkata bahwa apa yang dia lakukan terhadap Orang-orang yang susah dan menderita ini adalah untuk Mengasihi Tuhan Yesus. Karena Firman Tuhan berkata di dalam Matius 25 ayat 31-46, Ketika AKU Haus, Lapar, di Penjara, Sakit, tidak memiliki Pakaian dan Tidak memiliki rumah disitulah kita harus melayani Orang-orang Miskin dari Para Miskin.
Apa yang Kamu perbuat terhadap saudaraKU yang paling hina ini demikian yang Engkau perbuat TerhadapKU Firman Tuhan.
Dia mendapat Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979, semua uang yang dia terima dari Panitia Nobel dia belikan keperluan untuk seluruh Orang-orang miskin yang mereka layani. Suatu kali ada Donatur dari Luar Negeri yang memberikan sumbangan Mobil. Moter Teresa menjualnya lalu membeli keperluan berupa beras, susu dan obat-obatan. Maka dari itu kita jangan heran, Di tempat Moter Teresa melayani ini, kita sulit menemui Komputer atau Mesin tik, semua dilakukan dengan Tulisan tangan. Bukan hanya itu saja, semua Suster-suster dan para sukarelawan di yayasan tersebut mencuci baju atau pakaiannya dengan tangan sendiri. Tidak ada mesin cuci. Bahkan mereka semua tidak ada yang di gaji atau di upahi dalam melakukan pekerjaan itu. Semuanya serba sukarela alias tanpa pamrih!!.
Moter Teresa dan para Suster setiap hari bangun jam 4.30 pagi, setelah semuanya melakukan beres-beres maka tepat jam 6 mereka ibadah pagi, setelah itu makan pagi lalu berangkat menyusuri lorong-lorong dan seluruh jalanan di Callkuta untuk mencari Orang-orang yang “terbuang”. Biasanya ada banyak bayi-bayi hasil Perselingkuhan atau hasil Pelacuran yang di buang ke parit-parit. Dan tidak sedikit para orang tua yang sudah lansia atau jompo yang di buang ke dalam keranjang sampah (sangat tidak manusiawi, namun itulah yang sering terjadi di India). Para Suster atau Para sukarelawan akan membawa mereka ke tempat Moter Teresa yang dikenal dengan Rumah Kasih Mulia atau rumah yang paling Damai di seluruh India. Untuk kemudian dibersihkan lalu di beri pakaian dan kemudian di pelihara sebagai mana Manusia normal lainnya.
Banyak hal yang unik dan sangat banyak pelajaran yang begitu berharga yang bisa kita petik dari pelayanan Moter Teresa yang sangat luar biasa ini. Hingga Saat ini mereka punya ratusan cabang di 120an negara untuk pelayanan para misklin ini. Mereka juga memiliki 600an Donatur dari seluruh penjuru Dunia untuk membiayai Pelayanan yang dilakukan oleh Moter Teresa. Ada 700an Suster dan 65.000 Sukarelawan yang pernah mengabdi di Yayasan Moter Teresa ini. Dan ingat, mereka semua tidak di gaji atau tidak di berikan Upah!! Makan secara sederhana, dan siap menjadi Miskin. Para Suster-suster tersebut hanya memiliki masing-masing 2 pasang pakaian yang setiap harinya harus di pakai. Mereka juga harus mencuci nya sendiri, karena kotor kena debu dan asap mobil di jalanan selama menyusuri jalanan untuk mencari orang-orang yang terbuang dan terhilang dari keluarga-keluarga yang “membuang” mereka.
Secara pribadi Saya merenungkan, setelah sering membaca buku dan menonton Film Dokumenter tentang Pelayanan Moter Teresa di Callkuta India ini, Saya jadi teringat dengat sebuah Keluarga di Jawa Tengah. Bapak itu selalu memberikan Sumbangan untuk setiap Pelayanan Kemanusiaan. Kapan saja kita minta tolong kepada keluarga itu, dia selalu bersedia menolong, apakah untuk Membantu Mahasiswa-I yang membutuhkan, Menyumbang Gereja, Menyumbang Panti Asuhan, membantu Orang-orang Miskin, membantu Keluarga-keluarga yang sedang Sakit, baik secara fisik maupun secara Ekonomi, membantu membelikan Gitar untuk Perkumpulan Mahasiswa/Permata GBKP, Membantu pelayanan Sosialisasi Peduli HIV AIDS dan Narkoba, membantu biaya Sekolah Anak-anak yang tidak mampu, Membantu Untuk membeli Buku untuk beberapa Pdt, Membantu Para Pdt-Pdt di Pedesaan, membantu membeli Komputer, membantu membeli Print Komputer , membantu membeli kaca mata Pdt , membantu untuk Perobatan Nora Pdt yang sakit, membantu beberapa keluarga yang Miskin, membantu Biaya kuliah beberapa Mahasiswa Teologia, Mahasiswa sekuler dan Mahasiswa Pasca Sarjana. Dan masih banyak jenis bantuan-bantuan yang selalu diberikan Keluarga Tersebut.
Bila Saya bertanya kepadanya, mengapa Bapak/Anda selalu mau membantu atau memberi kepada Orang-orang tersebut? Dan dia selalu menjawab Saya, Haleluya, Puji Tuhan, Semuanya Hanya Untuk Kemuliaan Tuhan Yesus saja, demikian Bapak itu selalu menjawab pertanyaan saya di SMS. Saya sangat heran dan bingung masih ada Manusia yang seperti dia di Bumi yang semakin hari semakin Egois ini. Itulah karya Nyata Tuhan Yesus, ternyata masih ada Orang yang Murah hati!!
Kalau Moter Teresa dulunya di Calkutta melayani Orang-orang yang Miskin dari para Miskin. Saya berani berkata ada Keluarga di Semarang Jawa Tengah Indonesia yang sama dengan Model Moter Teresa, hanya berbeda situasi dan Tempat. Yang ternyata masih mau peduli terhadap Anak-anak Tuhan dan para Hamba-hamba Tuhan yang membutuhkan uluran tangan. Mereka-merekalah yang mau belajar dari Tuhan Yesus Kristus. KepedulianNya yang luar biasa terhadap seluruh Manusia, Dia rela jadi Miskin untuk kita semua.
Kini Moter Teresa telah tiada, akan tetapi Saya yakin dan Percaya ada Ribuan Moter Teresa lain yang memiliki Misi dan Visi yang sama yaitu Memuliakan Tuhan Yesus Kristus dengan Mempedulikan Sesama Manusia yang ada di sekeliling kita.
Kami juga mengucapkan Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada No Name (NN) atau si Latersinget Gelarna yang telah memberikan bantuan, dukungan buat Para Hamba Tuhan dan Anak-anak Tuhan, Teruslah menjadi Berkat!! Saya sebut “ No Name” Si Penyalur Berkat bagi Sesama, Jika Engkau memberi dengan tangan kanan janganlah tangan kirimu mengetahuinya.
Apa yang Engkau perbuat Terhadap saudaraKU yang paling hina ini demikianlah yang Engkau perbuat TerhadapKU. Matius 25 :40

NB : Bantulah Saudara/I kita yang Miskin, Putus Sekolah, Anak jalanan, Korban Lumpur Lapindo, korban Bencana, Korban konflik, panti Asuhan, Penjara dan korban Penggusuran.
Minimal Doakan Mereka!! Mereka juga Manusia yang Sangat Mulia!!

Tuhan Yesus Memberkati!!

Penulis
Pdt Masada Sinukaban
Kesaktian Peduli Generasi Indonesia

Rabu, 25 Maret 2009

Selamatkan Generasi Muda Bangsa!!
(Rokok adalah salah satu Mesin Pembunuh Massal yang sama Bahayanya dengan Narkoba)


Laporan Badan Kesehatan Dunia (Who) 2008 menyatakan bahwa Indonesia saat ini adalah Negara terbesar ketiga Pengguna Rokok. Lebih dari 60 juta Penduduk Indonesia Tidak Berdaya karena terjajah Adiksi Nikotin (Ketergantungan atau Kecanduan Nikotin). Kematian akibat Konsumsi rokok tercatat lebih dari 400 Ribu orang per tahun. Konsumsi rokok di kalangan Remaja meningkat 144% antara 1995-2004.
Rokok telah Menggerogoti sumber Keuangan Rumah Tangga Miskin. Data menunjukkan, Keluarga Miskin membelanjakan 12, 4% Pendapatannya untuk membeli rokok, dengan mengorbankan gizi Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan. Lebih dari 70% Anak Indonesia terpapar asap rokok. Saat ini rokok menjadi musuh utama bagi semua Negara Beradab. WHO menetapkan Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control-FCTC) yang telah diratifikasi oleh 160 Negara. Walaupun Pemerintah Indonesia turut menyusun FCTC, namun sampai saat ini belum meratifikasi.
Kami Mendesak Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia segera meratifikasi/mengaksesi FCTC dan Membuat Undang-Undang Pengendalian Dampak Tembakau untuk melindungi Rakyat Indonesia, Khususnya Generasi Muda.
Seruan ini adalah Kampanye Bersama untuk Peduli masalah Rokok di Indonesia, ini sebuah bentuk dukungan untuk melawan Bahaya Rokok! Rokok juga merupakan Narkoba yang sangat Berbahaya!
Stop Merokok!! Demi Generasi Muda Bangsa Indonesia!!
Bukan Kamu Yang Menghisap Rokok Tapi Kamulah Yang Dihisap Rokok!!

Masyarakat Peduli Bahaya Tembakau
Kesaktian Peduli Generasi Indonesia
Pdt Masada Sinukaban
Sumber Harian Kompas







SERUAN KEPEDULIAN BERSAMA TERHADAP HUTAN DI INDONESIA

Peta Lingkungan Tahun 1990 mencatat ada 750-800 Juta Ha Hutan di muka Bumi ini, dari yang sebelumnya 1,5-1,6 Miliar Ha kini hanya tinggal separuhnya!! Hampir 50 % hutan di Planet Bumi kita ini Telah LenyaP!!


Sedangkan di Indonesia pada tahun 1960an ada 144 Juta Ha luas Hutan Tropis kita, tahun 1990 119,7 juta Ha. Ada 1,19-2 juta Ha Hutan Tropis di Indonesia yang luluh lantak setiap tahunnya!!
Tahun 2002-2003 Luas Hutan Tropis kita 92,9 Juta Ha dan pada tahun 2005 tinggal 70 juta ha. Saat ini pada tahun 2008-2009 diperkirakan hutan Tropis di Indonesia tinggal 60an juta Ha lagi dan bila hal ini tidak segera di hentikan maka kemungkinan pada tahun 2020 hutan Indonesia telah lenyap!! Maka dari itu Saatnya Menanam bukan Menebang!!


Semuanya ini Demi Generasi yang akan datang


DR Robert Valentino Tarigan S.Pd berkata Jangan wariskan Airmata buat Anak Cucu Kita tapi wariskanlah Mata Air bagi Mereka!!


Kami Kesaktian Peduli Generasi Indonesia berkata Bila Anda Menebang Hutan atau Menebang Sebatang Pohon Saja tanpa sebuah Reboisasi atau tanpa Penanaman Kembali maka Anda Sama dengan Pembunuh Generasi yang akan Datang!!

Salam Peduli Hutan di Tanah Karo, Di Sumatera Utara, Di Indonesia dan Di Muka Bumi Ini


“Saatnya Menanam Bukan Menebang”


Pdt Masada Sinukaban
Dr Robert Valentino Tarigan S.Pd
Andy Natanael Ginting Manik SH, MM
Abed Nego Sinukaban SH
Ivan Melka Sembiring Meliala

KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA








SERUAN PEMILU DAMAI 2009


KAMI MENGAJAK SELURUH UMAT GBKP DIMANAPUN BERADA UNTUK MENDUKUNG TERSELENGGARANYA PEMILU LEGISLATIF YANG AMAN DAN DAMAI

PILIHLAH CALON ANGGOTA DPRD TK II, DPRD TK I, DPR RI DAN DPD SESUAI DENGAN HATI ANDA MASING-MASING

PILIHLAH CALEG DAN PARTAI YANG BENAR-BENAR PEDULI KEPADA RAKYAT INDONESIA

PILIHLAH PARTAI NASIONALIS YANG MENJAGA NKRI, UUD 1945 DAN PANCASILA


JANGAN PILIH CALEG ATAU PARTAI YANG TIDAK MEMPERJUANGKAN RAKYAT

TERUTAMA PILIHLAH PARA CALON LEGISLATIF YANG TAKUT AKAN TUHAN YESUS KRISTUS

SUARA ANDA MENENTUKAN ARAH BANGSA INI KEDEPAN, UNTUK ITU JANGAN GADAIKAN SUARA ANDA DENGAN UANG.

JANGAN SALAH PILIH!!
JIKA ANDA SALAH PILIH MAKA, 5 TAHUN KEDEPAN KITA ATAU ANDA AKAN SENGSARA

JANGAN GOLPUT!!! JANGAN TIDAK MEMILIH!!!!
DATANGLAH KE TPS-TPS Pada Tanggal 9 April 2009!!!!
Pemilu Kali ini dengan Mencontreng tanda Gambar Partai dan Nama Caleg




DARI KAMI

PDT MASADA SINUKABAN
DR ROBERT VALENTINO TARIGAN S.PD
ANDY NATANAEL GINTING MANIK SH, MM
ABED NEGO SINUKABAN SH
IVAN MELKA SEMBIRING MELIALA

KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA
Pilih Partai yang Mempertahankan
Pancasila dan NKRI

Kesertaan gereja dalam bernegara terutama politik jangan selalu diartikan bahwa gereja harus menunjuk A atau B pada pemilu mendatang. Tetapi seruan gereja dalam hal ini PGI dan KWI sesungguhnya jelas, untuk memilih mereka yang cakap, setia, takut akan Tuhan dan tidak mudah disuap. Hal tersebut dikemukakan Ketua Umum PGI Pdt Andreas Yewangoe dalam Refleksi Awal Tahun Gereja menyikapi Pemilu 2009 di Aula PGI Salemba, Jakarta (19/1). Dalam kesempatan tersebut ia didampingi pembicara lainnya Constant Ponggawa SH, LLM dan Jakobus Mayongpadang.

Menurut Yewangoe, apa yang dikutip dari Alkitab ini bisa dijabarkan secara dewasa oleh partai politik didalam memotivasi para calon pemilih untuk memilih dengan tepat. Gereja menegaskan bahwa pilihan yang dijatuhkan kepada partai atau mereka yang sungguh-sungguh mempertahankan Pancasila dan NKRI. Gereja tidak menganjurkan agar orang-orang Kristen berada dalam satu partai.
Teladan Yusuf

Sedangkan persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-lembaga Injil Indonesia (PGLII) membedah konstalasi politik dan Prespektif Kristen yang digelar digedung LPMI Jakarta (24/1). Dalam diskusi tersebut hadir empat narasumber yakni; Prof Dr John Pieres, Jhonson Panjaitan SH, Pdt Drs Ign Dachlan Setiawan MA, Drs Jerry Rumahlatu D.Th serta Aldof Posumah sebagai moderator.

Dengan ber refleksi dari Alkitab, para pembicara sepakat bahwa pemimpin saat ini harus berpedoman kepada Pancasila dan UUD 1945. Pemimpin seharusnya meneladani pribadi Yusuf yang mendapat kepercayaan Firaun karena memiliki kualitas hidup yang baik. Karena itu para hamba Tuhan harus memainkan peranannya dengan baik. Politisi senior Jakob Tobing menegaskan bahwa para politisi pada permulaan memiliki visi yang mantap, namun kemudian mulai kehilangan visi akibat tergerus system. Bila pemimpin Kristen tidak terkontaminasi dan berpegang pada Firman Tuhan bukanlah suatu yang mustahil bagi Tuhan untuk mengubah Bangsa Indonesia.

Meski demikian harapan untuk masa depan yang lebih baik tetap ada pada pemilu 2009. Harapan tersebut tergantung pada ketetapan umat Kristen dalam wakil-wakilnya. Pilihan yang salah akan mengakibatkan masa depan yang muram. Tetapi pilihan yang tepat memberikan masa depan cerah. Pemilu 2009 bagi pemulihan bangsa dan Umat Kristen, bahwa pilihan tidak mudah dijatuhkan. Sebuah peristiwa dijadikan isu maksimal untuk meraih dukungan Rakyat. Mulai dari turunnya harga BBM hingga jumlah keberhasilan yang di raih.


Kredibilitas

Sedangkan perhatian terhadap para calon anggota legislatif juga ditunjukkan DPP Kerukunan Masyarakat Batak (DPP KERABAT) dan DPP Jaringan Layanan Damai (DPP JALA DAMAI) dengan mengadakan seminar peningkatan kredibilitas calon Anggota Legislatif dari Aspek Budaya. Seminar dilaksanakan di Aula Golf House Lt 2 Rawamangun Muka No 1 Jakarta Timur(23/1). Sejumlah nama beken yang berpengalaman dari berbagai bidang tampil menjadi pembicara dalam acara yang digagas mantan hakim agung DR.HP Panggabean, SH, MS tersebut.



Sumber
dari Majalah Rohani Bahana edisi Maret 2009
Di tulis ulang oleh Pdt Masada Sinukaban
Kesaktian Peduli Generasi Indonesia
VCT aja Daripada Kepikiran Terus??
Belum tahu juga manfaatnya?
· Tahu status HIV kita dan cara mencegah penularannya.
· Tahu cara hidup dengan HIV dan AIDS.
· Tahu pengobatan Anti Retroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus dalam tubuh.
Kita harus VCT bila….
· Main seks berganti pasangan tidak pakai kondom.
· Kondom yang dipakai pecah/robek.
· Pernah kena Infeksi Menular Seksual (IMS).
Kalau ada jawaban Ya, kita beresiko terkena HIV.
VCT Asik aja kok
· Rahasia kita dijamin.
· Menghargai kita yang Memiliki Kelainan.
· Nyaman dan Professional.
Gampang Lho caranya
1. Konseling sebelum tes HIV.
2. Tes HIV
3. Konseling setelah tes HIV.
Hasil tes HIV diberikan saat konseling sesudah tes. Selama menunggu hasil tes HIV, kita bisa beraktivitas seperti biasa.
Setelah tahu hasil Tes
Kalau hasil tes Negatif
· Kita jaga terus supaya tetap aman dan sehat.
· Kita tetap perlu cek kesehatan secara rutin.
Kalau hasil tes Positif
Hari gini tidak perlu panik, kita akan dibantu Manejer Kasus yang memberikan dukungan Psikologis, Sosial dan rujukan ke pelayan Kesehatan.
Manejemen kasus Pencegahan dan Dukungan
Apapun hasil tes HIV-nya, tetap akan mendapatkan kemudahan memperoleh layanan Manajemen Kasus, termasuk layanan Psikologis, Sosial dan Kesehatan Spiritual. Pelayanan ini dilakukan oleh Manajer Kasus untuk mendukung peningkatan kualitas hidup serta mempertahankan prilaku sehat dan aman.
Siapakah Manajer Kasus?
Adalah teman-teman yang memahami kehidupan “kita” dan bekerja pada lembaga yang aktif dalam perawatan dan dukungan untuk orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (odha)
Sebagian dari mereka hidup dengan HIV.
Prinsip MAnajemen KAsus?
· Sukarela tanpa paksaan
· Rahasia kita tetap terjamin
Hidup tetap oke walaupun HIV positif
Menejemen kasus akan membantu meningkatkan kualitas hidup kita sebagai ODHA.
· Jadi, kita tetap percaya diri walaupun HIV positif.
· Diberi banyak info tentang pengobatan ARV.
· Mengatasi dengan tenang kemungkinan cap buruk (stigma) dan perlakuan tidak adil (diskriminasi) dari Masyarakat.
Dimana dapat memperoleh layanan ini?
Kita dapat menemukan Layanan Manejemen Kasus dilayanan VCT, Rumah Sakit Rujukan, LSM HIV dan AIDS atau Puskesmas.

VCT : Voluntary Counseling and Testing

Pdt Masada Sinukaban
HP 08126427476
Blog : kesaktianpeduligenerasi.blogspot.com
Email : masada.sinukaban@yahoo.co.id
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA

Jumat, 06 Maret 2009

ANDY NATANAEL GINTING MANIK, S.H., M.M.
Calon Bupati Independent Tanah Karo Simalem 2010-2015
No HP : 0818990774
Peduli Pendidikan dan Anti Korupsi


“Mari Sipersada Arih Ras Gegehta Guna Kiniulin
Taneh Karo Simalem”

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Andy Natanael Ginting Manik, S.H, M.M.
Bere-bere : Sembiring Brahmana
Tempat/Tgl Lahir : Kabanjahe, 18 Maret 1963
Jenis Kelamin : Pria
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah dengan 2 anak
Isteri
Nama Istri : Debora Ammy Novida br. Bangun, SE.Ak, MM
Bere-bere : Sitepu (Karo-karo)
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 1 November 1967
Agama : Kristen Protestan
Anak Kandung
I. Nama Anak : Benyamin Doranda Manik
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 23 Oktober 1993
II. Nama Anak : Calvin Nathan Manik
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 27 Mei 1999


PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri :102 Medan ( Sumatera Utara )
SMP Negeri :01 Medan ( Sumatera Utara )
SMA Negeri :39 ( Jakarta Timur )
Universitas ( S1 ) :Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Universitas ( S2 ) :STIE IPWI, Jakarta

PENGALAMAN KERJA

1988 – 1989 ASTRA TOYOTA
Marketing

1989 – 1993 SANWA BANK (JOINT VENTURE BANK) - JEPANG
Officer

1993 – 1996 PT. ELIN ENERGIE VERSORGUNG (HYDRO
POWER ENGINEERING COMPANY) - AUSTRIA Manager

1996 – 1999 PT. VA TECH South East Asia (HYDRO POWER
ENGINEERING COMPANY) - AUSTRIA General Manager

2000 – Sekarang PARTNER – BNR LAW FIRM


PENGALAMAN ORGANISASI


1984 – 1986 Senat Mahasiswa FH UNPAR Bidang Organisasi

1984 – 1986 Ketua IMAKA UNPAR

1989 – 1991 Ketua II Permata Klasis Jakarta

1988 – 1992 Ketua Permata Pondok Gede

2000 – Sekarang Ketua Perkumpulan Manik Sejabotabek

2003 – 2005 Wakil Ketua Sinabung Golf Clubs

2004 – 2006 Pengurus Persatuan Golf Pengayoman Departemen
Kehakiman

2004 Anggota Partai Demokrat 2004 dengan No. anggota: 0000741

2004 Ketua TIM ADVOKASI Tim SBY – JK untuk wilayah DKI
Jakarta

2004 TIM SUKSES SBY-JK (Sekoci)

2004 – 2009 Pengurus DPC Asosiasi Advokat Indonesia ( AAI )

2005 TIM SUKSES Pemilihan Ketua Umum Deny Kailimang untuk
Periode 2005-2009

2005 – 2010 Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Advokat Indonesia

2005 – 2010 Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri ORMAS PARKINDO

2005 – 2010 Wakil Ketua Departement Bidang Kaderisasi DPP Partai Demokrat

2007 – 2008 Wakil ketua Bidang Pendidikan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat

LAIN – LAIN

Aktif mengikuti seminar – seminar baik di dalam negeri maupun di luar negeri, juga menjadi pembicara di berbagai seminar di tingkat Nasional sehubungan dengan permasalahan perburuhan secara umum dan HRD ( Human Resources Department) secara khusus.

VISI DAN MISI

Sebagai calon Bupati Independen Kabupaten Karo Periode 2010-2015

Visi

Menjadikan Tanah Karo memiliki posisi strategis di Sumatera Utara secara khusus dan secara umum di Tingkat Nasional.




Misi

1. Meningkatkan perekonomian melalui peningkatan kualitas hidup petani dan meningkatkan
potensi pariwisata di Tanah Karo
· Peningkatan kualitas pertanian (ketersediaan pupuk, bibit unggul serta pemasaran)
· Pengembangan Infrasuktur yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Karo

2. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan program prioritas kecukupan air bersih bagi
masyarakat.
3. Meningkatkan mutu Pendidikan untuk ketersediaan SDM dalam jangka panjang.
Pdt Masada Sinukaban
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA
D/A Perumahan Domas Blok JU 4 RT 03 Salatiga Jawa Tengah
Jln Pintu Air 4 No 111 Simpang Kuala Padang Bulan Medan Sumut 20142
Hp. 08126427476/ 081314092775

“Ketika AKU Sakit Kamu Melawat AKU” Matius 25:36b
Kami Peduli Korban Narkoba dan HIV AIDS
Bagaimana dengan Anda??
Demi Generasi Karo dan Indonesia


DATA PRIBADI
Nama : Pdt Masada Sinukaban
Bere-bere : Ginting Manik
Tempat/Tgl Lahir : Kabanjahe, 2 Maret 1975
Jenis Kelamin : Pria
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah
Hobby : Menulis dan Membaca Buku
Gol Darah : O
Motto : Hidup Menjadi Saluran Berkat bagi sesama Manusia
Gereja : GBKP

Isteri
Nama Istri : Baktiani Sri Melvina Br Ginting Munte
Bere-bere : Sinulingga (Karo-karo)
Alamat : Perumahan Domas Blok JU 4 RT 03 Salatiga Jawa Tengah
Jln Pintu Air 4 no 111 Simp Kuala P.Bulan Medan 20142
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 19 Agustus 1984
Agama : Kristen Protestan


PENDIDIKAN FORMAL
SD Negeri : 060934 Medan (Sumatera Utara)
SMP Negeri : 8 Medan (Sumatera Utara)
SMA Swasta : Pembangunan Medan (Sumatera Utara)
STT Abdi Sabda (S1) : STT Abdi Sabda Medan
Universitas (Sedang Studi S2) : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jateng


PENGALAMAN KERJA


2001-2003 Pengurus di Yayasan Mission Care Medan


2003-2007 Pendeta di GBKP Rokan-Kampar Kls Riau-Sumbar


2007-2009 Studi Program Pasca Sarjana di UKSW Salatiga


PENGALAMAN ORGANISASI


1998-1999 Senat Mahasiswa STT Abdi Sabda Bidang Umum

2001-Sekarang Aktif di Kesaktian (LSM Peduli Narkoba dan HIV AIDS)

2003-Sekarang Aktif di LSM Mayim Meriba (LSM AIR dan LH)

2007-Sekarang Penasehat Permata GBKP Salatiga

2009-Sekarang Penasehat LSM Abba Bapa Tanah Karo


LAIN – LAIN

Aktif mengikuti seminar – seminar didalam negeri, juga menjadi pembicara di berbagai seminar sehubungan dengan permasalahan Narkoba dan HIV AIDS.


VISI DAN MISI

Sebagai Aktivis Peduli Narkoba dan HIV AIDS Tanah Karo dan Indonesia.

Visi

Menjadikan Tanah Karo sebagai Pusat Informasi Anti Narkoba dan Peduli HIV AIDS di
Sumatera Utara dan di Indonesia

Misi

Bekerja sama dengan Aparat Pemerintah, Masyarakat dan Gereja untuk Memberantas Narkoba di Tanah Karo

Mengajak Pemerintah agar Menegakkan Hukum dan Menghukum seberat-beratnya para Pengedar Narkoba di Tanah Karo sebagai efek jera

Mensosialisasikan Bahaya Narkoba bagi Seluruh Rakyat Tanah Karo melalui Pendidikan sejak dini.

Mengajak seluruh Rakyat Tanah Karo dan Gereja GBKP untuk Peduli terhadap para Korban Narkoba dan Korban HIV AIDS di Tanah Karo

Mendirikan Pusat Informasi Anti Narkoba dan Peduli HIV AIDS beserta Panti Rehabilitasi bagi para Korban Narkoba





Ayat Emas

Kata Yesus Kepadanya : AKUlah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada BAPA, kalau tidak melalui AKU.
Yohanes 14:6



Salam ANTI NARKOBA dan Peduli HIV AIDS



















Gerakan 1000 Beasiswa Kepada Anak-anak SD, SMP dan SMA Yg Berprestasi di Tanah Karo Simalem, Antara Sebuah Mimpi dan Kenyataan??
(Sebuah Wujud Kepedulian Salah Seorang Putera Terbaik Tanah Karo Simalem Andy Natanael Ginting Manik SH, MM dari Jakarta)

OLEH
Masada Sinukaban
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA

Sebuah Khabar Sukacita bagi seluruh Penduduk Tanah Karo Simalem yang memiliki anak sekolah SD, SMP dan SMA berprestasi, mengapa Saya katakan demikian? Karena ada seorang Anak Tuhan yang bernama Andy Natanael Ginting Manik SH, MM dari Jakarta yang memiliki sebuah Kenginan dan Cita-cita untuk membangun Tanah Karo Simalem kedepan dengan memberikan Beasiswa kepada 1000 Anak-anak yang berprestasi di Tanah Karo Simalem. Beliau berkomitmen untuk membangun Tanah Karo dengan memulainya dari Dunia Pendidikan. Memang betul, untuk membangun sebuah Daerah atau Bangsa, SDM yang baik sangat di butuhkan. Nah, untuk mencetak SDM-SDM yang baik tersebut tentunya kita harus memperhatikan Dunia Pendidikan. Bak Gayung bersambut, Bung Andy yang juga adalah Anak seorang Tokoh Karo dan Tokoh Gereja GBKP Alm Pt Em Semion Manik, Sangat Berkeinginan Membangun Kampung halamannya Tanah Karo.
Tentunya ada banyak Orang Tua di Tanah Karo yang bertanya, apa persyaratan Anak-anak tersebut untuk mendapat Beasiswa? Syaratnya sederhana saja, apabila Anak-anak tersebut mendapat Rangking atau Juara 1-5 di kelas, maka si Anak berhak mendapat beasiswa dari Bung Andy yaitu uang sekolah selama 1 tahun. Contohnya begini, misalnya Saya seorang Siswa SMA Swasta di Kabanjahe, Saya juara 1 di kelas, maka Saya berhak mendapat Beasiswa dari Bung Andy. Uang sekolah Saya selama 1 tahun di bayar oleh Bung Andy. Persyaratan selanjutnya adalah meminta surat keterangan dari Sekolah dan Orang Tua Siswa-siswi, Foto Copy Raport Semester terakhir. Setelah semua persyaratan di penuhi, silahkan Anda datang kepada Andy Natanael Ginting Manik SH atau juga Pdt Pranata Ginting Manik, MM (HP 081361178705) di Zentrum GBKP Kabanjahe pada saat jam kerja jam 8.00-jam14.00. Atau juga Anda bisa menghubungi Pdt Masada Sinukaban HP 08126427476.
Seumpama uang sekolah Saya 50 ribu satu bulan maka Saya berhak mendapat 600 Ribu dari Bung Andy. Artinya Saya mendapat Beasiswa dari Bung Andy uang sekolah selama 1 tahun. Program ini sangat bagus sekali. Sangat membantu dan mendukung Saudara-saudari kita di Tanah Karo simalem. Apalagi saat ini situasi Ekonomi Sangat sulit dan Indonesia sedang dilanda Krisis Global. Sepertinya, Baru kali ini ada seorang Putra terbaik Tanah Karo Simalem yang memiliki Misi dan Visi yang jelas dengan Pendidikan Tanah Karo Simalem. Luar Biasa Bung Andy ini.
Beberapa waktu yang lalu Penulis dan Nora ikut merayakan HUT yang ke 70 tahun Pak TB Silalahi di Hotel Sangrilla Jakarta. Beliau saat ini telah membeasiswai 700an orang Anak-anak Tapanuli (Pak TB membantu membeasiswai mereka dan hampir semua berasal dari Keluarga yang kurang mampu secara Ekonomi dan berprestasi) dengan Yayasan Soposurungnya. Kini 700 Anak-anak TB itu sudah tersebar di Indonesia bahkan ke AS, Inggris dan Jepang. Itu juga lah yang mendorong Penulis menyampaikan hal ini kepada kita semua. Pak TB Silalahi bisa mengapa kita tidak?? Mari mulai membantu Anak-anak Karo yang Berprestasi!! Mulailah dari 1 atau 2 orang, mungkin pada saatnya nanti bisa ratusan bahkan ribuan Orang yang kita beasiswai. Bung Andy Natanael Ginting Manik SH sudah membuka jalan untuk memberikan Beasiswa kepada 1000 Anak di Tanah Karo Simalem. Khususnya bagi Keluarga-keluarga Karo yang tidak mampu tapi Anaknya berprestasi. Mengapa kita tidak membantu untuk memberikan Beasiswa bagi mereka?? Bila memungkinkan kita membentuk Sebuah Yayasan/LSM yang bisa memberikan Beasiswa bagi Anak-anak Karo yang berprestasi dalam bidang Pendidikan hingga Sarjana dan DOKTOR. Saya sangat Optimis hal ini bisa terwujud!! Saya yakin Mimpi itu pasti akan menjadi kenyataan, karena Saya juga saat ini di Beasiswai oleh beberapa Anak Tuhan dari GBKP Semarang, Jogya, Depok, Pontianak, Pekanbaru, Jakarta dan Medan. Saya sangat yakin Bung Andy tidak sendiri, ayo maju terus Bung!! Demi Generasi Karo Kedepan. Pendidikan akan Merubah Tanah Karo kearah yang lebih baik. Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Firman Tuhan :
“Takut akan TUHAN adalah Permulaaan Pengetahuan, Tetapi orang bodoh menghina didikan”
Amsal 1:7
DAPATKAH KITA MEMAHAMI ORANG LAIN SECARA OBJEKTIF?
Pdt Masada Sinukaban
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA

1. Objektivisme

Sejarah ilmu sosial dipenuhi dengan berbagai karya-karya yang kelihatannya ilmiah tetapi sesungguhnya sangat idiologis. Seluruh disiplin ilmu misalnya, frenologi dan eugenika telah disusun untuk memperpanjang agenda politik; zaman sekarang kedua ilmu tersebut sebagian besar telah didiskreditkan karena konsep-konsep dasar, metode-metode, dan hasil-hasilnya dikotori oleh komitmen-komitmen politik mereka. Lapisan ilmu hanyalah merupakan kedok belaka bagi operasi yang lebih sinis jika terlihat dengan jelas. Dengan demikian, Michel Foucault dengan lantang memproklamirkan bahwa ilmu sosial utama merupakan senjata bagi sekelompok administrator yang cenderung ”menormalisasikan” kepentingan mereka dan dengan cara demikian bisa membuat mereka merasa tenang: bagi Foucault apa yang disebut ”kebenaran” hanyalah satu alat untuk melaksanakan dan menyebarkan kekuasaan diseluruh masyarakat.
Sebagian besar ilmuan sosial yang utama menganggap jalur pemikiran ini sebagai pemikiran yang tampak bagus dan berbahaya. Mereka menunjuk pada penyalahgunaan yang banyak sekali yang menyertai kegagalan membedakan apa yang benar dari apa yang dianggap bernilai atau yang memberdayakan kekuasaan. Mereka juga menuduh kebobrokan intelektual yang ditandai dengan kegagalan untuk membedakan “yang benar” dari “yang sangat di inginkan.”sebagian besar ilmuan sosial yang berpraktik sangat sadar bahwa ilmu-ilmu sosial khususnya sangat rentan terhadap penyalahgunaan sebagai propaganda. Ilmu-ilmu ini mengajukan pertanyaan penting tentang kepedulian agen-agen sosial dan politik yang cenderung menggunakan backing ilmu untuk mendukung rencana-rencana dan nilai-nilai mereka. Karena alasan inilah, pada umumnya para ilmuan sosial giat sekali untuk menemukan pertahanan demi usaha-usaha mereka yang menjadi lebih buruk hanya sebagai propaganda belaka.
Objektivitas biasanya sebagai alat pertahanan. Objektivitas menuntut agar para ilmuwan sosial menolak diintimidasi oleh atau menolak menjadi agen-agen bagi agenda-agenda politik atau kebijaksanaan konvensional yang ada; objektivitas juga menentukan agar mereka tidak menutupi agenda-agenda politik dan pribadi mereka sendiri sebagai laporan-laporan ilmiah mengenai bagaimana masyarakat dan manusia didalamnya bisa barjalan sebagaimana mestinya. Tetapi bagaimana obyektivitas harus dipahami? Secara historis, tafsiran objektivitas yang paling penting adalah tafsiran yang diberikan oleh objektivisme. Dengan demikian, untuk menerangkan arti objektivitas sebagaimana telah dipahami dengan paling berpengaruh menuntut agar objektivitas dibayangkan dalam konteks objektivisme.
Para objektivis mulai dengan menginterprestasikan perbedaan antara propaganda dan ilmu berkenaan dengan perbedaan antara pikiran-pikiran kita dan apa yang kita pikirkan. Ketika kita masih kecil kebanyaan kita yakin (atau bertindak seolah-olah yakin) bahwa hanya memikirkan sesuatu saja bisa menjadikannya kenyataan. Kita mengandaikan bahwa dunia berputar mengelilingi kita – misalnya, bahwa tindakan semua orang dilakukan sebagai respon terhadap atau diarahkan kepada kita, atau bahwa keinginan kita terhadap sesuatu sudah cukup untuk membuatnya menjadi kenyataan. Bagaimanapun kuatnya keinginan kita, kita tidak dapat membelokkan dunia untuk memenuhi tujuan kita, ataupun kita tidak dapat berharap bahwa apa yang kita pikir dapat diperoleh benar-benar tercapai. Pertumbuhan kita dari masa anak-anak sebagian besar terdiri atas proses kematangan epistemik sehingga kita dapat membedakan antara pikiran-pikiran kita dan apa yang ada dalam pikiran kita, antara otak kita dan realitas diluar otak kita, antara kebenaran dan kepalsuan.
Bagaimana kita dapat mencapai keinginan-keinginan kita kecuali mengetahui apa yang dapat memenuhi dan apa yang menghalanginya? Bagaimana caranya memuaskan perasaan penasaran kita tentang diri kita sendiri dan dunia kita? Bagaimana caranya untuk memperoleh kejelasan diri, untuk mengetahui apa dan siapa diri kita bila dibandingkan dengan apa yang mungkin kita pikirkan atau harapkan mengenai diri kita?
Bagaimana kita menafsirkan kebenaran dalam proses ini? Titik sentralnya adalah perbedaan antara apa yang ada dalam pikiran kita dan apa yang sesungguhnya diperoleh diluar pikiran kita. Dengan demikian, sangatlah wajar untuk berfikir bahwa dalam berbagai hal dimana isi pikiran kita berbeda dengan berbagai realitas.
Dengan mengetahui perbedaan antara pikiran kita dan realitas diluar pikiran kita selaras dengan realitas. Maka berbagai pernyataan dan teori kita akan bisa sesuai dengan obyek-obyek di luar pikiran kita; berbagai kenyataan kita akan “objektif.” Atas penjelasan ini, objektivitas benar-benar merupakan kekayaan pikiran kita dalam arti yang sebenar-benarnya bahwa objektivitas sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Dengan cara ini ”objektivitas” merupakan kekayaan pikiran kita selama pikiran kita benar; dengan demikian, menurut paham objektivisme, ”objektivitas” benar-benar sinonim dengan ”benar.” Hal ini dicakup dengan manis dalam fase umum ”benar secara objektif”.
Cabang devinisi lainnya tentang objektivitas diperoleh dari pentingnya menghilangkan elemen-elemen subjektif yang mengaburkan presepsi mental kita. Karena kebenaran objektif diperoleh dengan membebaskan diri kita dari elemen-elemen mental yang menipu, objektivitas juga dapat didefenisikan sebagai keadaan kognitif yang secara a priori kekurangan berbagai kategori dan konsepsi, keinginan, emosi, pertimbangan nilai, dan sebagainya yang pasti menyesatkan dan dengan demikian dapat mencegah pencapaian kebenaran objektif.
Tentang realitas sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana yang kita inginkan semuanya dapat dirangkum dengan istilah “kepentingan” dalam pengertian peduli terhadap hasil sesuatu. Karena kita takut atau ingin atau memperhatikan tentang X, kita tidak dapat menyelidikinya dengan cara yang mungkin bisa mengungkapkan apakah X itu masalahnya atau bukan. Hanya jika kita dapat membuat diri kita sendiri tak tertarik-atau, karena gagal melakukannya, memaksa diri kita untuk bertindak seolah-olah kita tidak tertarik-maka realitas dapat mengungkapkan dirinya sendiri kepada kita. Menurut paham objektivisme, objektivitas memerlukan ketidak tertarikan dan semua ciri ketidak tertarikan: kecenderungan yang tidak emosional; gaya yang dingin, objektif, dan tidak memihak. Dengan cara ini objektivitas juga dapat di pahami sebagai bentuk pengosongan diri dimana elemen-elemen diri dihilangkan dari aktivitas-aktivitas kognitifnya.
Para ilmuan sejati saja mengeringkan diri mereka sendiri, menjadi lembaran-lembaran kosong dimana realitas dapat menuliskan dirinya sendiri. Memang,”metode ilmiah”-yang selalu menjadi ciri khas pada observasi terkontrol, tes-tes double-blind, laporan-laporan bebas, dan penilaian terhadap berbagai hipotesis secara tak memihak-benar-benar merupakan cara pengosongan diri ini dapat dicapai.
Orientasi epistemik yang menekankan pikiran yang memantau realitas secara luas bersifat positif. Dengan demikian, penjelasan objektivis tentang objektivitas membangkitkan epistimologi objektivis.
Ketika ditemukan susunan realitas yang telah ada sebelumnya, keyakinan manusia menirukan susunan yang telah ada sebelumnya ini. Yakni, apa yang diklaim sesorang sebagai hal yang semestinya sesuai dengan apa yang benar-benar sebagai hal yang sebenarnya. Inilah yang membuat mereka benar: Keyakinan yang benar merupakan salinan dari entitas-entitas yang tidak terkait dengan pikiran. Dengan demikian, kebenaran suatu keyakinan tidak terdiri dari kesesuaiannya dengan suatu presepsi atau konsepsi dunia sebagaimana tampaknya bagi suatu kelompok tertentu, tetapi lebih dari kecocokannya dengan dunia sebagaimana adanya itu sendiri. Memang, kecocokan semacam ini benar-benar merupakan kebenaran itu sendiri.
Relevansi Mastermind dengan objektivisme dan epistemologi positivis dan ontologi realitas yang mendasarinya harus jelas : relevansi ini merangsang situasi para ilmuwan dan kosmos sebagaimana dipahami oleh obyektivisme. Ilmu adalah upaya untuk memastikan struktur ini melalui sebuah proses pembentukan dan pengujian hipotesa. Dalam proses ini para ilmuan harus menghilangkan berbagai distorsi dari diri mereka sendiri yang mungkin bisa mengganggu kemampuan mereka. Teori yang benar adalah teori yang benar-benar dapat meniru struktur yang telah ada sebelumnya, dan bila kemampuan menirukan ini tercapai maka teori ini bersifat “objektif.” Dalam kompleks gagasan ini, objektivitas dipahami sebagai sebuah kekayaan hasil-hasil penelitian, yakni kekayaan hasil-hasil yang benar. Sebuah teori atau fakta dikatakan obyektif jika sesuai dengan relitas sebagaimana adanya. Kedua, orang-orang atau metode-metode dikatakan obyektif jika mereka dapat menghilangkan elemen-elemen subjektif tang biasanya menghalangi pencapaian kebenaran yang obyektif.

2. Fallibilisme

Pertama, penjelasan positifis tentang pengetahuan tidak bisa lagi diterima. Fakta tidak bicara bagi dirinya sendiri; alam tidak pernah ditemukan dengan cara sebenarnya; pengalaman, sensasi-sensasi, dan presepsi-presepsi lain memerlukan sumber-sumber konseptual apriori agar bisa terjadi; dan bahasa yang kita gunakan untuk berpikir dan mengutarakan pikiran-pikiran kita terus menerus di resap oleh komitmen-komitmen konseptual kita. Perspektivisme telah mengajarkan kita bahwa teori apapun bagaimana kosmos bekerja mesti terjadi dari satu skema konseptual atau yang lainnya, dan bahwa dengan demikian pola-pola yang mendalam yang ingin dipastikan oleh ilmu merupakan konstuksi-konstruksi yang sama imajinatifnya sebagaimana bila berupa penemuan-penemuan.
Kedua, kita juga tahu bahwa untuk memahami berbagai fenomena yang disengaja melibatkan pengevaluasian rasionalitasnya. Dimensi evaluasi ini merupakan bagian yang tak dapat dilepaskan dari strategi pemberian penjelasan yang berusaha memberikan tindakan-tindakan sengaja yang memberikan produk-produk menjadi dapat di mengerti. Dengan demikian, cita-cita positivis untuk menahan diri untuk tidak membuat pertimbangan-pertimbangan evaluatif terhadap peristiwa-peristiwa dan objek-objek untuk di jelaskan harus di tinggalkan.
Akhirnya teori-teori ilmiah kita merupakan konstuksi yang bersifat arbitrer (manasuka) hanya merupakan refleksi kepentingan kita.
Persoalan tersebut berasal dari kesulitan mengetahui kapan sebuah teori dikatakan benar dan kapan salah. Mulailah dengan kebenaran sebuah teori. Asumsikan bahwa kita memiliki sebuah hipotesa (H) yang memprediksikan bahwa dibawah kondisi-kondisi khusus peristiwa-peristiwa tertentu ysng dapat diamati secara empiris akan terjadi; sebutlah berbagai peristiwa ini sebagai implikasi empiris (EI) dari H. Artinya jika H benar, maka EI pasti terjadi bila H mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut akan terjadi; kita dapat melambangkan situasi ini dengan rumus “jika H, aka EI akan terjadi.” Sekarang asumsikan bahwa implikasi empiris terjadi sebagaimana yang diprediksikan H, yakni, bahwa semua tes empiris kita tentang H sesuai dengan H. Dapatkah kita menyimpulkan bahwa sesuatu selain apa yang diklaim H menyebabkan berbagai peristiwa tersebut, sehingga meskipun implikasi empiris terjadi, bagaimanapun juga H tidak benar.
Di sini kita mungkin bisa mendapatkan bantuan dengan sebuah contoh. Dalam ilmu ekonomi Crude Quantity theory of Money and Prices menegaskan bahwa tingkat harga (P) bergerak dalam proporsi langsung ke suplai uang (M). Tuliskan dalam istilah aritmetika, Crude Quantity Theory dapat di tuliskan P = kM dimana keadaan konstanta positif yang menentukan hubungan proporsional antara P dan M. Rumus ini dimaksudkan untuk menjadi hipotesa empiris dengan berbagai macam implikasi empiris tertentu yang berasal dari hipotesa ini, misalnya bahwa jika suplai uang di tingkatkan, maka sebagai akibatnya tingkat harga akan meningkat. Tetapi meskipun terdapat berbagai hasil empiris ini dan tingkat harga meningkat sebagaimana diprediksikan dengan meningkatnya suplai uang, ini tidak menunjukkan bahwa kenaikan P disebabkan oleh naiknya M: baik P maupun M bisa disebabkan oleh suatu faktor yang tak diketahui.
Cara lain untuk menunjukkan hal penting ini adalah dengan meneliti sebuah silogisme yang menangkap kasus yang sedang di bahas:
(1) Jika H benar, maka pernyataan bahwa implikasi empiris akan terjadi adalah benar.
(2) Pernyataan bahwa implikasi empiris akan terjadi adalah benar.
(3) Oleh karena itu H adalah benar.


Satu hal yang paling penting berasal dari berbagai pertimbangan ini: kita tidak pernah dapat tahu pasti apakah suatu hipothesis ilmiah benar meskipun sesuai dengan semua pengamatan empiris kita. Cara lain untuk mengatakan hal ini adalah bahwa kita tidak pernah dapat membuktikan suatu teori ilmiah benar; ”bukti” merupakan standar yang tidak cocok ketika mengevaluasi berbagai teori ilmiah.
Satu kesimpulan yang kuat berasal dari ketidakmampuan kita untuk mengetahui apakah sebuah teori benar apa salah. Setiap teori yang kita yakini, bahkan teori-teori yang kita memiliki alasan-alasan yang kuat untuk mempercayainya, bisa saja salah. Kesimpulan ini merupakan inti dari tesis filosofis yang disebut fallibilisme. Menurut fallibilisme, tak ada tentang dunia yang dapat diketahui dengan pasti; kepastian bukanlah suatu yang dapat diberikan ilmu kepada kita.
Dari fallibilisme kita tahu bahwa seharusnya kita bahkan tidak boleh bersikap arogan atau sombong tentang keyakinan kita yang paling terjamin dan berharga: sebab sebagian dari keyakinan tersebut bisa saja salah. Sejarah ilmu menunjukkan hal ini. Banyak teori yang paling di sanjung-sanjung di masa lalu-fisika Newtown, astronomi Ptelomaic; teori humor penyakit; teori ekonomi merkantillis-telah kelihatan sangat tidak bisa di andalkan sehingga hampir tak ada satupun orang yang mempercayai teori-teori tersebut pada jaman sekarang. Bahkan mungkin bisa terjadi bahwa teori-teori yang telah kita tolak dengan percaya diri bisa muncul kembali dalam bentuk-bentuk yang agak berubah yang secara ilmiah lebih kuat dari sebelumnya.
Fallibilisme hanya menegaskan bahwa secara epistemologis manusia adalah mahluk terbatas, sehingga mereka tidak pernah merasa yakin apakah sesungguhnya mereka telah menirukan struktur ini dalam teori-teori ilmiah mereka. Bagaimana pemikiran ilmu dalam cara fallibilis ini menuntut untuk di pertanyakan?
Fallibilisme menuntut seluruh pandangan ini untuk di pertanyakan. Fallibilisme menegaskan bahwa semua yang kita miliki adalah diri kita sendiri yang bersusah payah membuat pengalaman kita dan dunia kita dapat di pahami oleh diri kita sendiri sebagai yang kita dapat, mengingat kuatnya berbagai keterbatasan epistemik yang dibawahnya kita beroprasi. Fallibilisme menegaskan bahwa berbagai macam susunan yang kita temui sebagian merupakan produk dari berbagai prespektif, imajinasi, dan kebutuhan kita sendiri, bukan sesuatu yang ditentukan kepada kita oleh Realitas itu sendiri.

3. Antar Subjektif yang Penting

Apa yang ditunjukkan semua ini mengenai pengertian objektivitas? Sederhana saja: dengan adanya fallibilisme, penjelasan yang dapat diterima tentang objektivitas tidak dapat mengikatnya secara langsung dengan pengertian kebenaran karena gagasan ”kebenaran objektif” tergantung pada sejumlah posisi-realisme, positivisme, dan ketidak tertarikan-yang menganggapnya tidak dapat di terima. Objektivitas tidak dapat merupakan kualitas pemikiran dimana pemikiran-pemikiran sendiri mencerminkan apa khususnya yang tidak terikat dengan pemikiran-pemikiran ini. Dengaan demikian, “objektivitas” tidak bisa berarti ”benar secara objektif” jika objektivitas harus tetap merupakan suatu cita-cita.
Jika objektivitas tidak menandai secara khas hasil investigasi, apa lagi yang mungkin ditandainya? Fallibilisme mengajukan suatu penjelasan alternatif tentang objektivitas, suatu penjelasan yang menafsirkan objektivitas bukan sebagai suatu sifat hasil-hasil investigasi tetapi sebagai sifat proses investigasi itu sendiri. Bagi para pengikut fallibilisme metode analisis ilmiah, bukan kesimpulan-kesimpulannya, ada yang bersifat objektif dan apa yang tidak. Yang dituntut bagi penafsiran yang disusun kembali tentang objektivitas adalah perubahan dari kecocokan substantif ke prosedural.
Apa yang membuat proses investigasi bersifat objektif? Singkatnya, bahwa proses investigasi hendaknya bersifat “jujur” (fair) dalam pengertian bahwa prosedur-prosedur dan pertimbangan-pertimbangan yang di tanggungnya hendaknya bersifat responsif terhadap bukti tersebut sebaik yang dapat di tentukan, dan bersifat responsif terhadap kemungkinan adanya berbagai interpretasi lain terhadap bukti ini. Untuk bersifat objektif sebuah kajian harus menuntun pada praktisinya untuk berusaha menemukan fakta-fakta yang tampak relevan dengan kasusnya, mengikuti arah fakta-fakta ini meskipun berlawanan dengan berbagai prasangka dan komitmen yang telah diterima, untuk membandingkan berbagai penjelasan mereka dengan penjelasan-penjelasan lain untuk menunjukkan bahwa penjelasan mereka lebih unggul, dan untuk mau merevisi atau meninggalkan kesimpulan-kesimpulan mereka jika kajian yang terakhir menjaminnya.
Investigasi ini bersifat “objektif” bukan dalam pengertian bahwa hasil-hasilnya mencerminkan dunia objektif, tetapi dalam arti bahwa aktivitas epistemik para praktisinya lebih penting dari pada keterikatan dan prasangka subjektif mereka yang sempit. Investigasi objektif adalah investigasi dimana para investigator harus mengabaikan impian khayal mereka, menghilangkan berbagai interpretasi yang dapat disepakati ketika tidak dapat dipertahankan ketika diteliti secara cermat, mengurung berbagai prespektif mereka sendiri agar dapat masuk kedalam prespektif-prespektif lawan secara simpatik dan menyelidiki secara kritis berbagai macam prespektif yang mudah datang kepada mereka. Objektivitas, yang di tapsirkan sedemikian ini merupakan suatu proses de-prokialisasi dimana para investiator mengatasi hal-hal yang menyenangkan, bersifat pribadi, dan konvensional. Objektivitas tidak terdiri atas kekosongan atau ketidak tertarikan, sebagaimana yang dimiliki objektivisme; malahan, objektivitas merupakan sifat terlepas dari berbagai komitmen seseorang yang cukup memadai untuk mengharuskannya untuk diteliti, sifat cukup terbuka bagi kemungkinan adanya kelebihan dari berbagai macam sudut pandang yang lain.
Bila dipahami dengan cara ini, objektivitas investigasi terdiri atas keberadaannya sebagai proses sosial politik yang sedang terjadi. Objektivitas investigasi merupakan proses sosial karena objektivitas menurut berbagai tanggapan terhadap berbagai teori dan investigasi orang lain, dan kesiapan untuk melakukan revisi atau dasar kritik mereka.
Lagi pula, suatu investigasi dapat objektif hanya dalam pengertian bila merupakan suatu proses investigasi yang terus berjalan. Tidak ada penyelidikan atau kesimpulan khusus yang dapat di hasilkannya sendiri untuk bisa objektif. Fallibilisme menunjukkan bahwa tidak ada metode atau penelitian yang dapat pasti yang dapat diketahui benar. Fallibilisme mengharuskan sikap menjauhkan diri terhadap kesimpulan apa pun. Dengan demikian, objektivitas menuntut agar para investigator mau memberikan tanggapan terhadap berbagai penemuan, analisis atau kritik yang akan datang sebanyak yang ada pada saat investigasi akan dilakukan.
Objektivitas yang dipahami dengan cara ini paling baik di istilahkan antar-subjektivitas kritis. Disebut antar subjektivitas karena terdiri dari sebuah dialog yang sedang berlangsung antara peneliti lawan yang masing-masing mereka berusaha untuk memahami pihak lain dengan cara yang benar-benar terbuka terhadap kemungkinan bahwa pandangan mereka mungkin ada manfaatnya.
Perhatikan bahwa objektivitas yang dipahami sebagai antar subjektivitas kritis tidak menuntut agar para investigator meninggalkan sebagian atau semua prasangka sebagai mana yang dilakukan objektivisme.
Amatilah bahwa tidak ada sesuatu dalam investigasi ini yang menuntut bahwa sesungguhnya pandangan-pandangan yang disebabkan oleh satu proses antar-subjektivitas kritis harus benar. Memang menurut fallibilisme sebuah teori atau klaim dapat disebabkan oleh suatu penyelidikan yang objektif namun bisa saja salah.
Objektivitas juga tidak menandakan kesepakatan. Beberapa filosuf telah mengklaim bahwa sebuah kesimpulan objektif merupakan kesimpulan yang “menjamin penerimaan oleh semua orang yang serius melakukan penyelidikan”(walsh,1960).
Fallibilisme tidak perlu mengarah pada skeptisme tentang dunia ilmiah. Karena teori mana pun bisa diterima, tidak berarti bahwa semua teori dapat diterima, atau bahwa bukti bagi teori apapun sama baiknya dengan bukti teori yang lain. Karena pertimbangan tidak menghasilkan kepastian tidak ada alasan untuk berpikir bahwa semua penilaian bersifat semaunya.
Tidak ada alasan mengapa para ilmuan sosial tidak dapat bersikap objektif secara persis dalam pengertian fallibilis yang sama.
Bersikap objektif menurut cara fallibilis ini, dan untuk melambangkan norma-norma yang berusaha menjamin investigasi yang objektif, merupakan satu prestasi yang luar biasa dalam memperoleh nilai yang tak dapat diperkirakan. Salah satu manfaat menafsirkan objektivitas menurut pemikiran fallibilis sebagai antar subjektivitas kritis adalah bahwa oleh karenanya prestasi ini dapat diterangkan secara jelas.

4. Akuntabilitas

Salah satu dimensi objektivitas yang dipahami sebagai antar subjektivitas kritis perlu disebutkan secara khusus. Dimensi ini adalah apa yang mungkin bisa disebut akuntabilitas. Investigasi sosial ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (accountable) adalah investigasi yang mempertimbangkan baik komitmen kognitifnya maupun posisionalitasnya.
Semua investigasi pasti memiliki prespektif, dan hasil-hasilnya pasti bersifat memihak dan mengandung kepentingan. Semua klaim pengetahuan pasti melekat dalam suatu cara khusus untuk menarik dunia. Artinya bahwa objektivitas tidak dapat berupa keterangan tentang semua praduga kognitif dan moral; karena jauh dari upaya untuk membuka mata orang-orang yang sadar maka keterangan semacam ini sesungguhnya menganggap mereka buta, tidak bisa melihat apapun sama sekali.
Bagi pengikut fallibilisme objektivitas menuntut agar orang yang tahu tidak hanya mengetahui batas-batas yang berkaitan bengan praktik-praktik teoritis dan otnografis mereka, tetapi juga kritik terhadap mereka dan tanggapan-tanggapan terhadap kritik ini. Lagi pula, pengenalan kritis harus meliputi sebuah investigasi ilmiah secara menyeluruh dan tidak hanya dibatasi pada titik awalnya saja.
Pengenalan kritis semacam ini harus terjadi paling tidak dalam bidang utama. Pertama, berbagai komitmen konseptual dasar suatu skema konseptual tertentu memberikan materi dimana berbagai fenomena diamati, dikategorikan, dan diinterprestasikan. Oleh karena itu, komitmen-komitmen ini merupakan faktor yang menentukan dalam karya aktual uraian dan penjelasan yang berisi kelompok utama analisis sosial ilmiah. Ilmu sosial yang obyektif adalah ilmu sosial dimana peranan yang dimainkan dari berbagai komitmen dasar ini dibuat nyata.
Kedua, para investigator objektif secara sadar diri harus bersikap kritis terhadap konsepsi mereka. Dengan demikian, menurut skema konseptual tertentu bagaimana fenomena-fenomena tersebut berfungsi sebagai bukti, dan asumsi-asumsi apa yang ada dibalik berbagai hubungan bukti ini yang harus diteliti dan dipertahankan. Dalam melakukan pekerjaan ini para investigator harus menjelaskan bagaimana konsepsi mereka tentang bukti telah membentuk investigasi mereka dan hasil-hasilnya.
Ketiga, obyektivitas menuntut agar para investigator secara sadar diri bersikap kritis terhadap standar-standar signifikansi mereka. Berbagai skema konseptual yang berbeda memiliki pengertian berbeda tentang apa yang menarik, penting, atau produktif secara epistemologis.
Untuk mengatakan bahwa objektifitas menuntut agar para investigator secara kritis melibatkan praduga-praduga intelektual dan evaluatif mereka tidak berarti bahwa hal ini merupakan satu-satu aktivitas mereka.
Pengenalan kritis adalah salah satu aspek kunci akuntabilitas tetapi bukan keseluruhan akuntabilitas. Obyektivitas menuntut bukan hanya bahwa para investigator harus bertanggungjawab dalam pengertian mengenali komitmen-komitmen intelektual dan politik mereka.
Dengan demikian, ilmu sosial yang objektif dapat di jelaskan (accountable) minimal dalam dua pengertian. Yang pertama, ia dapat dijelaskan karena berbagai komitmen intelektual dan evaluatifnya. Akuntabilitas ini terpenuhi bila karya-karya ilmiah sosial dibuat eksplisit dan secara kritis berkaitan dengan praduga-praduga konseptual yang mereka gunakan untuk beroperasi dan berkaitan dengan alternatif-alternatif mereka. Kedua, ilmu sosial yang objektif dapat diterangkan kepada siapa tulisan ini ditulis dan mengenai apa. Akuntanbilitas terpenuhi bila analisis-analisis sosial mengakui posisionalitas mereka vis-a-vis para investigator lain, audien mereka, dan mereka yang sedang di kaji, dan bila suara-suara yang lain ini diberi peran aktif untuk dimainkan dalam analisis-analisis sosial itu sendiri.
Objektivisme dan relativisme hanya dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Tanggapan yang tapat terhadap pilihan antara objektivisme dan relativisme adalah menolak bahwa keduanya hanyalah alternatif-alternatif dengan menunjukkan bahwa asumsi-asumsi umum keduanya bersifat problematis. Inilah sesungguhnya apa yang dikombinasikan fallibilisme dengan prespektivisme: ia memberikan suatu konsepsi pengetahuan yang tidak tergantung pada pengertian bahwa ilmu harus bisa mencerminkan realitas itu sendiri, dan bahwa ia harus menghilangkan semua elemen prespektif untuk melakukannya. Dengan demikian, meskipun kita tidak dapat mencapai “kebenaran objektif” sebagaimana yang dipahami objektivisme, kita tidak perlu menyimpulkan bahwa semua usaha untuk memperoleh pengetahuan mengalami bias atau hanya merupakan ungkapan kepentingan atau kekuasaan. Relativisme disebabkan oleh penggunaan tak kritis pengertian objektivitas yang sudah ketinggalan zaman yang diperoleh dari poros pemikiran yang sama seperti pemikiran objektivisme.
Jawaban yang telah kita dapatkan---objektivitas yang dipahami sebagai antar- subjektivitas kritis--- selaras dengan tema filsafat multikultural ilmu sosial: tema interaksi dan appropriation. Baik komunitas maupun kultur ilmiah sendiri merupakan entitas tertutup yang bersifat secara internal dan secara eksternal saling dibatasi satu sama lain. Malahan keduanya menuntut appropriation yang kritis oleh anggota-anggotanya untuk tetap berjalan, dan pada dasarnya keduanya dapat ditembus. Multikulturalisme harus menjelaskan cara-cara kehidupan manusia melibatkan usaha menyimak dan belajar dari orang lain melalui berbagai pertukaran, perselisihan, pijam-meminjam, dan bahkan pencurian. Antar subyektifitas kritis mengabadikannya dalam sebuah prinsip. Ia menuntut agar orang-orang yang tahu bersikap terbuka kepada orang lain, melibatkan mereka, mencari-cari dan mendengarkan berbagai pengamatan, penemuan, dan kritik mereka. Dengan demikian, multikulturakisme yang dipahami dalam istilah-istilh ini menghasilkan bukan hanya dunia-dunia kecil relativisme yang tertutup tapi juga forum interaktif fallibilisme.
Jadi, dapatkah kita memahami orang lain secara objektif? Tidak, jika objektivitas diinterpestasikan dalam cara objektifis yang berarti “sebagaimana mereka apa adanya.”Tetapi ya, jika obyektivitas diinterprestasikan dalam cara fallibilisme yang berarti” secara terbuka, responsif terhadap bukti, dapat dijelaskan, dan tidak takut kritik.”
Beberapa contoh cara pandang objektiv : Ketika Yahya Muhaimin menyelesaikan program doktornya di salah satu perguruan tinggi di Indonesia ia mengkritik atau memberi penjelasan mengenai KKN dan konglomerasi di Indonesia, pada saat yang sama seorang konglomerat yang bernama Probosutejo merasa terganggu dan mengatakan agar desertasi dan gelar doktor si Yahya Muhaimin di cabut. Karena dia merasa bahwa dialah yang di kritik oleh Yahya Muhaimin. Hampir sama dengan contoh diatas ketika baru-baru ini Akbar Tanjung menyelesaikan program doktornya di UGM Jokjakarta dan mengangkat “Kepeminpinan di Partai Golkar” sebagai judul desertasinya maka pada saat yang sama seorang Jusuf Kalla merasa yang di kritik karena dia sebagai ketua umum partai golkar saat ini. Jusuf Kalla reaktif dan kembali menyerang Akbar. Padahal di dalam dunia akademis sah-sah saja hal itu di lakukan sejauh itu dilakukan secara ilmiah dan melakukan investigasi atau penelitian Melihat contoh diatas jelaslah bahwa Yahya dan Akbar sangat objektif melihat secara terbuka, ada bukti-bukti ilmiah dan dapat dijelaskan. Namun sebaliknya Probosutejo dan Jusuf Kalla sangat subjektif karena takut di kritik. Demikian juga Hans Kung ketika mengkritik Paus, beliau mengatakan bahwa Paus juga manusia yang bisa saja melakukan kesalahan alias tidak sempurna. Untuk lebih memperjelas arti dan pengertian tentang objek, objektivisme, subjektif dan subjektivisme di bawah ini saya menambakan beberapa definisi atau arti dari istilah-istilah tersebut.


OBJEK
Dalam bahasa Inggris: object, dari bahasa latin objectus — dari objicare,obicare (melempar kemuka, menempatkan berhadapan, membantah) dari ob (terhadap) dan jacare (melempar).
Orang tidak dapat menarik makna istilah ini dari etimologinya saja, karena sudah mengalami perubahan besar. Arti yang bisa dipakai sekarang ialah apa yang berada pada dirinya, sebagai suatu hal/benda diluar pikiran.
Beberapa pengertian: Apa yang tersaji bagi indra kita. Sesuatu yang dapat kita lihat, dapat diraba, dapat dikecap, dan sebagainya.
Apa yang tersaji bagi kesadaran dan yang karenanya kesadaran menjadi sadar. “Objek” dapat menunjuk a) benda (hal) didunia luar yang ada secara independen yang merangsang indra atau kesadaran kita untuk memperhatikan benda (hal) ini atau b) isi pikiran itu sendiri yang diperhatikan dalam kesadaran.
Apa saja yang dapat dibicarakan (karenanya dapat disebut), dan khususnya bagi sebuah kata benda yang mempunyai eksistensi substansif.
Objektif secara harafiah berarti apa yang berhubungan dengan sebuah objek. Dalam hampir semua artinya, konsep itu bertolak belakang dengan “subjektif”. Karena “objek” sama sekali tidak sama dengan “sungguh-sungguh ada”, hendaknya penggunaan kata “objektif” dalam arti “aktual” atau “nyata” yang berbeda dengan kata “subjektif” dalam arti ”tidak nyata” atau “dipikirkan semata-mata”, dihindarkan dalam pengertian filosofis yang mencari perbedaan-perbedaan yang jelas.
OBJEKTIVISME
Inggris:objektivism
Beberapa pengertian: Objektivisme ialah posisi filosofis yang berisikan pandangan bahwa nilai pengetahuan di ukur oleh objek yang tidak tergantung pada subjek. Dalam bidang etika dan estetika, itu berarti objek atau tatanan objektif diakui sebagai bersifat normatif bagi kebaikan moral dan keindahan. Menurut realisme Aristotelian-Thomistik, objek, yang merupakan ukuran pengetahuan (kebaikan moral, keindahan) pada akhirnya adalah eksisten dan eksisten itu sendiri sama dengan esensi.
Objektivisma dan Realisme
Objektivisme adalah konsep yang lebih luas dari pada konsep realisme. Transendertalisme logis adalah jenis objektivisme, tetapi bukan realisme, karena transendentalisme logis mengakui suatu dunia yang seluruhnya tidak tergantung pada subjek sebagai norma terakhir, tetapi dunia ini tidak mempunyai eksistensi real.
Objektivisme epistemologis
Objektivisme epistemologis adalah teori bahwa dunia a) ada dalam dirinya sendiri, tidak tergantung dari dan diluar dari pemahaman kita tentang dan b) bahwa dunia ini dapat kita ketahui secara tidak tergantung dari sudut pandang subjektif manapun. Objektivisme epistemologis adalah pandangan bahwa pengetahuan didasarkan atas evidensi faktual yang a) ditemukan oleh metode-metode ilmu pengetahuan dan penalaran objektif dan b) menggambarkan hal-hal sebagaimana adanya. Objektivisme epistemologis adalah pandangan bahwa satu-satunya pengetahuan yang berarti (benar) ialah pengetahuan yang di asalkan dari dan/atau dikonfirmasikan oleh pengalaman indrawi.
SUBJEKTIF
Inggris: subjektive
Beberapa pengertian mengacu ke apa yang berasal dari pikiran (kesadaran, ego, diri, presepsi-presepsi kita, putusan pribadi kita) dan bukan dari sumber-sumber objektif luar. Apa yang ada dalam kesadaran tetapi tidak mempunyai acuan objektif di luar atau konfirmasi yang penting. Yang berhubungan dengan pengalamam-pengalaman (percakapan-percakapan, presepsi-presepsi, reaksi-reaksi pribadi, sejarah, keistimewaan-keistimewaan) individual yang tahu.
Perbedaan dengan Objektif dan Publik
Subjektif berbeda dengan objektif dan dengan publik. Subjektif biasanya juga mengaku pada cara-cara dan proses pengalaman yang mengalami (subjek) yang kontras dengan hal-hal (objek) dan dunia nyata yang sedang dialaminya. Subjektif sering dipakai secara peyoratif untuk menunjukkan pencapaian putusan-putusan yang didasarkan pada alasan-alasan emosional atau prasangka tanpa dukungan analisis objektif, logis.
SUBJEKTIVISME
Satu kategori umum yang meliputi suatu doktrin yang menekankan unsur-unsur subjektif pengalaman. Dalam epistemologi, doktrin yang membatasi pengetahuan pada kesadaran pikiran akan keadaan sendiri. Ajaran tentang persepsi representatif condong dengan kata gori ini. Dalam metafisika, doktrin-doktrin solipsisme dan idialisme subjektif.