Jumat, 24 April 2009

Peduli Generasi Karo dan Pendidikan di Tanah Karo antara Harapan atau Keinginan ??

(Sebuah pergumulan tentang masa depan Generasi Karo di masa yang akan datang dan masalah peningkatan mutu Pendidikan di Tanah Karo)
Terimakasih kami ucapkan kepada Bung Andy Natanael Ginting Manik SH, MM yang telah memberikan Beasiswa kepada 1000 Anak di Tanah Karo Simalem, beliau adalah Kandidat Bupati Karo 2010-2015 dari Calon Independent!!

Jujur dari hati saya yang paling terdalam tidak ada maksud lain untuk membuat artikel sederhana ini, bukan untuk menyinggung siapa-siapa, tidak lain tidak bukan adalah sebuah pergumulan saya secara pribadi tentang masa depan Generasi Karo dan peningkatan mutu pendidikan di Tanah Karo. Saya yakin banyak sekali teman-teman atau tokoh Karo yang juga bergumul tentang masalah ini. Saya hanya mau memberikan kontribusi Informasi bagi siapa saja pembaca Majalah Maranatha ini, mungkin belum melihat masalah ini, atau juga mungkin belum di jadikan sebagai sebuah prioritas dalam program pendidikan di Tanah Karo yang kita cintai ini. Atau juga saya yang salah melihat, namun tidak salah juga bila dijadikan sebagai sebuah bahan Studi banding di kemudian hari sehingga pergumulan ini saya sampaikan. Sekaligus agar tidak mengganjal di hati ini. Bagaimana sebenarnya membangun Tanah Karo ini? Menurut saya, salah satunya adalah dimulai dari peningkatan mutu pendidikan di Tanah Karo. Sehingga suatu saat nanti bila mutu pendidikan sudah baik, maka sudah barang tentu SDM Generasi Karo akan membaik dan akhirnya akan berdampak bagi pembangunan di Tanah Karo kearah yang lebih baik pula. Semisal begini “bibit yang baik akan menghasilkan pohon dan buah yang baik pula tentunya”.
Bila SDM di Tanah Karo sudah baik maka harapan kita kedepan semua aspek atau bidang akan baik pula misalnya di bidang pertanian, kesehatan, hukum, ekonomi, sektor pariwisata, peningkatan pendapatan daerah sekaligus peningkatan pendapatan rakyat Tanah Karo. Hal ini sangat penting, menyangkut masa depan Tanah Karo dan Generasi Karo kedepannya. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa orang Karo di perantauan memiliki banyak potensi dalam SDM yang bisa kita ajak untuk duduk bersama demi membangun Tanah Karo. Saya ambil misalnya contoh begini, bagaimana memajukan pendidikan di Tanah Karo, kita memiliki banyak para pakar pendidikan (tink tank atau pemikir) yang bisa kita undang untuk menyampaikan program atau tehnik dan cara mereka untuk memajukan pendidikan di Tanah Karo mulai dari TK, SD, SMP sampai SMU. Para “Pakar Pendidikan itu” sudah memiliki jam terbang yang tinggi dan memang sangat sukses membangun sektor pendidikan ditempat mereka berada (Medan, Jakarta dan Bandung).
Sangat baik bila kita mengundang mereka duduk bersama untuk membangun pendidikan di Tanah Karo yang kita cintai ini. Saya secara pribadi sangat optimis bila ini dilakukan atau dilaksanakan maka 20-30 tahun kedepan ada sesuatu yang baru di Tanah Karo yang kita cintai ini. Tanah Karo akan bangkit dan seturut juga di bidang yang lain karena kata kuncinya adalah pendidikan. Maka SDM di Tanah Karo pasti akan semakin lebih baik. Kenapa kita tidak mencobanya?? Seperti teman-teman kita dari daerah Tapanuli dan Padang, mereka peduli masalah pendidikan di kampung halamannya sehingga kita bisa melihat hasilnya saat ini, saudara kita dari Tapanuli dan Padang sangat banyak berkiprah di mana-mana (maksudnya di instansi Pemerintah, BUMN maupun Swasta). Mengapa itu bisa terjadi karena mereka mempedulikan pendidikan bagi generasinya di kampung masing-masing, lihat saja tokoh-tokoh mereka yang membangun kampung halamannya seperti TB Silalahi, Jenderal Luhut Panjaitan, GM Panggabean, Akbar Tanjung, Feisal Tanjung, Dino Pati Jalal (mereka membangun SMU plus, Universitas dan sarana Infrastruktur di daerah mereka masing-masing, demi Generasinya). Bagaimana dengan kita?
Perlu kita ingat mereka bisa berhasil dan tampil di semua lini pemerintah pusat maupun daerah bahkan di sektor swasta mereka kuasai (ini contoh yang jelas) hal ini terjadi bukan secara kebetulan tapi ini telah lama mereka bangun sejak 40-50an tahun yang lalu. Dan ini terus berlanjut alias ada regenerasinya karena mereka tidak lupa selalu mengkader generasinya untuk maju dan bisa memimpin. Mari kita lihat contohnya di Republik ini, sejak Presiden Alm Soekarno, Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati sampai Susilo Bambang Yudhoyono. Orang-orang dilingkaran 1 nya pasti ada orang Batak Toba dan Padang. Baik itu yang menjadi Menteri, Staf Ahli maupun Dirjennya. Bahkan siapapun nanti Presiden di RI ini sudah hampir dapat di pastikan mereka (orang Tapanuli dan orang Padang) akan tampil. Sekali lagi ini hanya contoh saja agar kita juga melakukan hal yang sama, orang lain bisa, mengapa kita tidak lakukan? Saya yakin kalo hal ini kita mulai dari sekarang tidak tertutup kemungkinan suatu saat nanti siapapun Presiden di RI ini maka Orang-orang Karo atau Generasi Karo akan tampil di Lingkaran 1 Presiden, yang akan menjadi Menteri dan Dirjennya adalah orang-orang Karo yang berkualitas dan takut akan Tuhan Yesus (Saya yakin suatu saat Orang Jujurlah yang akan memimpin Negeri kita ini maka dari itu kita harus mempersiapkan Kader kita dari sekarang, dengan cara Peduli pendidikan di Tanah Karo).
Sebut saja contoh begini, calon pemimpin kita di masa akan datang ditentukan oleh berapa jumlah orang-orang Karo yang ada di Akpol, Akmil, AL dan AU saat ini? Di STAN, Akademi POS, Akademi Tekom, STPDN atau IIP? Juga di UI, UGM, ITB, UNPAD, UNDIP, IPB, UNAIR, USU, UNAND, UNRI. Hal ini penting karena apapun ceritanya sebahagian besar dari merekalah nanti yang akan memimpin Negeri kita ini. (maaf bukan berarti kampus Swasta tidak di perhitungkan namun ini hanya contoh bahwa kita sudah kalah bersaing dengan yang lain dari segi kwalitas dan pengetahuan sehingga menyebabkan orang-orang Karo hampir tidak kelihatan lagi). Untuk bisa masuk kesana harus memiliki kemampuan yang baik secara pengetahuan dan kesehatan yang prima, jadi sangat perlu menguatkan pendidikan dasar (TK, SD, SMP dan SMU) di kampung halaman kita tadi (Tanah Karo). Dengan demikian bila SDM di Tanah Karo sudah baik, maka mereka akan lulus di PTN atau Akademi-akademi diatas, nah dengan demikian maka ketika Generasi Karo banyak mengisi Kampus-kampus itu maka kedepan pasti kita memiliki kader alias calon pemimpin yang baik untuk masa-masa yang akan datang. Gampang kan? Masalahnya apakah SDM di Tanah Karo udah mantap? Apakah anak-anak kita Generasi dari Tanah Karo siap bersaing dengan yang lain?
Masalah ini bisa kita rubah kearah yang lebih baik asal kita mau untuk memulainya. Kalo soal tokoh-tokoh, kita juga punya banyak tokoh kaliber yang tak kalah dengan tokoh-tokoh dari daerah yang lain sebut saja Andy Natanael Ginting Manik SH, MM, Ir Derom Bangun, Baltasar Tarigan SE, Jenderal Raja Kami Sembiring, Pt Drs Inget Sembiring, GT Surbakti, DR Simon Sembiring, Letjen Amir Sembiring, Brigjen Rajiman Tarigan, Dr Robert Valentino Tarigan, Prof Ramlan Surbakti, Prof Masno Ginting, Putera Kaban MH, Budi Surbakti, Dr Santoso Karo-karo, Dr Bakti Jos Ginting, Ir Cerdas Kaban, Andrianus Melialla, Prof Firman Tambun, Antonio Surbakti, Ir Jonathan Ikuten Tarigan Dll. Dan masih banyak deretan nama yang bisa kita undang untuk duduk bersama demi membangun Tanah Karo yang kita cintai. Saya pikir Pemkab Tanah Karo dan Moderamen sangat cocok sebagai pengundang (Fasilitator) dan kami sebagai “Pemerhati Sosial” dan sekaligus juga sebagai penerus kepemimpinan “Gereja dan Tanah Karo” ini bersedia bekerja sama untuk mengadakan acara “Misi Mulia yang besar ini”. Kedua Instansi atau Lembaga ini perlu duduk bersama memikirkan masalah Generasi Karo dan Pendidikan ini, kalau bukan mereka lalu siapa lagi yang akan mempedulikannya?
Pertemuan rutin bisa di lakukan persemester atau pertahun jadi tidak mengganggu kesibukan Bapak-bapak kita yang tentunya memiliki kesibukan di masing-masing instansinya. Bisa juga sarana Email atau Internet di gunakan untuk masukan-masukan buat Pembangunan Pendidikan di Tanah Karo Simalem ini. Saya berani mengatakan Bapak-bapak (Tokoh Karo) kita ini pasti sangat senang bila di ikut sertakan dalam membangun kampung halamannya Tanah Karo Simalem, mungkin juga mereka tidak mengharapkan apa-apa alias rela tidak di bayar bila pemikirannya di pakai untuk membangun Tanah Karo kedepan. Yah namun sekali lagi ini hanya harapan dan keinginan Saya semata, sekali lagi karena rasa kecintaan Saya buat Tanah Karo dan Generasi Karo. Bila memungkinkan Pemkab Tanah Karo dan Gereja GBKP mau mendengarkan aspirasi ini lalu bisa dilaksanakan, maka inilah cikal- bakal Generasi Muda Karo bisa tampil sebagai Calon-calon Pemimpin di negeri ini. Wah sangat luar biasa ya, sungguh amat menyenangkan sekali, sebuah kabar atau berita yang sangat menggembirakan.
Karena kita telah melakukan sebuah terobosan baru alias mereformasi hal-hal yang selama ini belum dilakukan. Bisa di katakan sebuah sejarah baru di Tanah Karo. Ini demi Tanah Karo dan Generasi Karo, kami siap membantu dan mendukung kegiatan mulia ini, baik dalam Doa, pikiran dan tenaga. Dan Saya juga sangat yakin bahwa banyak teman-teman atau tokoh Karo yang ada di dalam maupun luar negeri merindukan hal ini. Harapan kita bersama kiranya keinginan ini bisa terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama. Walaupun kita tahu hal ini tidak mudah untuk di lakukan, namun janganlah kiranya hal itu membuat kita takut untuk melakukannya. Agar kita tidak ketinggalan dari yang lain!! Semoga!!

NB : alamat email Saya : masada.sinukaban@yahoo.co.id
Blogg : kesaktianpeduligenerasi.com

Kita bisa mempergunakan jasa Internet, Handphone sebagai sarana Komunikasi untuk mewujudkan Harapan dan Keinginan kita untuk Peduli Pendidikan di Tanah Karo dan Generasi Karo kedepan.

Terima Kasih Kami Ucapkan Kepada : Bung Andy Natanael Ginting Manik SH, MM (Calon Bupati Karo 2010-2015 Dari Independent) yang telah memberikan Beasiswa kepada 1000 Anak di Tanah Karo dan Peduli Pendidikan.


Firman Tuhan dari Amsal 1:7 “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”

Tuhan Yesus Memberkati Amen

Pdt Masada Sinukaban
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA.
Warga Karo dan jemaat GBKP Perlu belajar dari Kel Jonatan Edward dibawah ini!!!

Warisan Keluarga

Kel Max Jukes (New York), tidak percaya Tuhan, Tidak Percaya Firman Tuhan Yesus dan Gereja, dari 1026 keturunannya:

— 300 orang menjadi penghuni LP, pada rata-rata umur 13 th.
— 190 orang menjadi pelacur
— 680 orang pecandu alkohol
— Merugikan negara sebesar US $ 420.000

Kel Jo Edwards (New York), melayani Tuhan dengan seluruh keluarganya, dari 920 keturunannya:

— 430 orang Hamba Tuhan
— 86 orang Presiden Universitas
— 75 orang Pengarang buku best seller
— 5 orang anggota Konggres
— 2 orang anggota Senat
— 1 orang wakil Presiden USA
Ayo Belajar dari Tuhan Yesus dengan meneladani Karakternya!!! Agar Orang Karo dan warga GBKP maju terus!!! Jadi kepala, jangan jadi ekor!!!!

Pribadi Unggul?? Belajar dari
49 Karakter Kristus
!!

Seperti Kemilau sebuah Berlian, Sukses dalam setiap area Kehidupan akan terpancar melalui Pengembangan setiap sisi Karakter kita. Dengan membangun Karakter, kita akan dapat mencapai potensi diri Optimal. Ayo Kita belajar dari Karakter Tuhan Yesus Kristus!!
Firman Tuhan : “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu Pengharapan, Iman dan Kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah Kasih. I Korintus 13:13.

Alert (Waspada/Siaga): Memperhatikan yang terjadi disekitar kita sehingga dapat menanggapi dengan benar.
Attentive (Penuh perhatian) : Menunjukkan penghargaan kepada seseorang atau suatu tugas dengan konsentrasi penuh.
Availabe (Siap sedia melayani/Tidak egois) : Mengutamakan keinginan orang yang dilayani diatas jadwal dan prioritas pribadi.
Benevolent ( Penuh kebaikan/Kasih) : Memenuhi kebutuhan dasar orang lain tanpa pamrih.
Bold (Berani) : Berani karena perkataan atau perbuatan kita benar, adil dan baik.
Coutious ( Berhati-hati / penuh pertimbangan) : Mengetahui pentingnya waktu yang tepat dalam melakukan sesuatu yang benar.
Compassionate ( Simpati/ berbelaskasihan ) : Ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Content (Berpuas Hati/ Tidak Tamak) : Menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada hal-hal materi.
Creative (Kreatif) : Melakukan pendekatan terhadap sesuatu kebutuhan, tugas, atau ide dengan perspektif baru.
Decisive (Tegas) : Mampu dalam mengenal faktor-faktor penting yang mengambil keputusan yang sulit.
Deference (Santun/Sopan) : Membatasi kebebasan agar tidak mengganggu orang lain di sekitar kita.
Dependable (Dapat dipercaya/Diandalkan) : Melakukan yang telah disepakati walaupun harus berkorban.
Determinate (Bertekat kuat/Ulet) : Berketetapan untuk terus mencapai tujuan yang benar, pada saat yang tepat, meski menghadapi banyak tantangan.
Diligent (Rajin/Tekun) : Menggunakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugas yang dipercayakan dengan segenap hati.
Discern (Cerdas/Berpikir Tajam/Berhikmat) : Memahami penyebab suatu kejadian atau masalah dengan lebih mendalam.
Discreet (Arif) : Mengenali dan menghindari kata-kata, tindakan dan sikap yang dapat menimbulkan akibat/konsekuensi yang tidak diinginkan.
Edurance (Tekun/gigih/tabah) : Memiliki kekuatan dari dalam diri ketika menghadapi tekanan dan tetap melakukan yang terbaik.
Enthusiastic (Antusias/bersemangat) : Dengan riang melakukan usaha terbaik dalam setiap tugas.
Faithul (Percaya/Beriman) : Yakin bahwa tindakan berdasarkan karakter akan menghasilkan yang terbaik, meski kita belum memahami.
Flexible (Bisa menyesuaikan diri/Fleksibel) : Memiliki kemauan untuk mengubah rencana atau ide sesuai arahan pimpinan.
Forgiving (Pemaaf): Mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain serta tidak menaruh dendam.
Generous (Murah Hati) : Dengan teliti mengelola segala sumberdaya sehingga dapat dengan bebas memberi kepada yang memerlukan.
Gentle (Lembut) : Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada orang lain dengan sikap santun.
Grateful (Tahu berterima kasih) : Menyatakan kepada orang lain melalui perkataan dan tindakan bahwa mereka telah berjasa bagi hidup kita.
Honor/Respectful (Hormat/menghargai) : Menghargai para Pemimpin karena otoritas lebih tinggi yang mereka miliki.
Hospitable (Ramah/suka memberi tumpangan/ suka menjamu) : Dengan ceria berbagi makanan, minuman, tempat berlindung dan percakapan dengan orang lain.
Humble (Rendah hati) : Mengakui bahwa pencapaian prestasi yang diraih adalah hasil dari bantuan Tuhan dan orang lain dalam hidup kita.
Initiative (Berinisiatif/cepat tanggap) : Mengetahui dan melakukan apa yang perlu dilakukan sebelum diminta.
Joyful (Penuh suka cita) : Menjaga sikap yang baik meskipun sedang dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Just (Adil) : Memiliki kesadaran dan tanggungjawab pribadi untuk menegakkan hal yang murni, baik dan benar.
Loyal (Setia) : Menggunakan saat-saat sulit untuk menunjukkan komitmen kepada orang-orang yang dilayani.
Meek (Lembut hati/suka mengalah) : Menyerahkan hak dan tuntutan pribadi demi keinginan untuk melayani.
Obedient (Taat) : Dengan segera dan senang hati melakukan perintah dari orang-orang yang bertanggungjawab atas kita.
Orderly (Tertib/teratur) : Mampu untuk mengatur diri sendiri dan lingkungan sekitar untuk meningkatkan efisiensi.
Patient (Sabar) : Melewati masa sulit tanpa mengeluh dan memberikan tenggat waktu.
Persuasive (Bisa meyakinkan orang) : Membimbing orang lain dengan penjelasan yang benar sehingga dapat menerima tanpa paksaan.
Punctual (Tepat waktu) : Menghargai orang lain dengan melakukan yang benar pada saat yang tepat.
Resourceful (Berdaya guna) : Menemukan carra praktis untuk memanfaatkan sumberdaya yang tak bernilai bagi orang lain.
Responsible (Bertanggungjawab) : Mengetahui dan melakukan apa yang diharapkan dari kita.
Secure (Tidak Kuatir/tidak takut/merasa aman) : Membangun hidup dengan hal-hal yang tidak dapat dihancurkan atau direnggut oleh siapa atau apapun.
Self Control (Penguasaan diri) : menolak keinginan yang salah dan melakukan yang benar.
Sensitive (Peka) : Memahami sikap dan perasaan yang sebenarnya dari orang lain disekitar kita.
Sincere (Tulus) : Selalu melakukan yang benar dengan motif yang transparan.
Thorough (Cermat/teliti) : Mengetahui faktor yang jika diabaikan akan mengurangi efektifitas pekerjaan atau perkataan kita.
Thrifty (hemat) : Membiasakan diri dan orang lain untuk menggunakan dana dengan tujuan memenuhi kebutuhan bukan keinginan.
Tolerant (tak mudah menghakimi/bersifat toleran) : Menyadari bahwa setiap orang berada pada tingkatan yang berbeda dalam pembentukan Karakter.
Truthful (Jujur/berkata jujur) : Memperoleh kepercayaan dengan melaporkan fakta yang sebenarnya secara akurat.
Virtuous (Saleh) : Memiliki dan mempertahankan nilai-nilai moral yang tinggi serta melakukan yang benar dengan Konsisten.
Wise (Bijaksana) : Melihat dan menanggapi kehidupan dari sudut pandang yang melampaui keadaan saat ini.

Sumber :
Ida S. Santosa, Character First.Majalah Rohani “Bahana” Edisi Mei 2008 Halaman 24-25.

Ditulis Ulang Oleh : Pdt Masada Sinukaban dan Baktiani Sri Melvina br Ginting.
UKSW Salatiga Jawa Tengah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Jurusan Pastoral Dan Masyarakat.
Remaja Paling Rentan Tertular HIV/AIDS
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pengunjung Mal Ciputra mengisi lembar bentuk dukungan dan kepedulian dalam pencegahan HIV/AIDS yang dibagikan oleh relawan Asa PKBI dalam memperingati Hari Aids se-Dunia, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/12/2008). Berdasar data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah komulatif kasus HIV/AIDS sejak tahun 1993 hingga 2008 tercatat 1.747 kasus, yakni 1.296 kasus HIV dan 451 kasus AIDS.
/
Jumat, 24 April 2009 20:29 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Dari kasus yang terdeteksi oleh Departemen Kesehatan didapatkan bahwa jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS terhitung sejak 1987-akhir Desember 2008 di Indonesia adalah 22.664 kasus
, dengan rincian kasus HIV 16.110 kasus dan kasus AIDS 6.554 kasus. Dari jumlah tersebut telah ada 3.362 kasus kematian.
"Sekarang ini yang paling berisiko terkena HIV/AIDS adalah para remaja yang masih belum paham bahayanya," kata Koordinator Kampanye Yayasan AIDS Indonesia Adrian Yulianto saat Yayasan AIDS Indonesia menggelar "Pos Informasi Road Mall to Mall" di ITC Cempaka Mas Jakarta, Jumat (24/4).
Untuk kegiatan tersebut, Yayasan AIDS Indonesia menghadirkan grup vokal Pasto sebagai bintang tamu sekaligus duta Yayasan AIDS Indonesia. Pasto dinilai memiliki komitmen kuat untuk turut menyosialisasikan bahaya HIV/AIDS pada anak muda atau remaja di Indonesia. Kegiatan yang melibatkan Pasto tersebut mengangkat tema "Stop AIDS, Before AIDS Stop Your Life".
Kegiatan yang berupaya merangkul remaja di Indonesia ini bertujuan untuk memperkenalkan pada mereka tentang perilaku yang dapat meningkatkan risiko tertular HIV/AIDS, antara lain, memakai jarum narkoba suntik secara bergantian dan melakukan hubungan seksual yang berisiko tinggi.
Kasus HIV/AIDS yang muncul ke permukaan sangat kecil dibandingkan jumlah kasus yang sebenarnya. Hal ini disebabkan orang dengan HIV masih tampak sehat sampai 5-10 tahun bahkan lebih jika ia menggunakan obat antiretroviral (ARV) tanpa orang lain tahu.
Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah sekitar 169.000-216.000. Remaja yang masih rentan dalam pergaulan yang sangat bebas di era modern ini perlu mendapat masukan mengenai bahaya HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya.
"Remaja merupakan sasaran empuk untuk menjadi konsumen pelanggan narkotika dan industri seks saat ini. Masalah inilah dapat merusak perilaku sehat menjadi perilaku berisiko dalam penularan Infeksi Menular Seksual," kata Adrian Yulianto.

Wah, Darah PMI Mengandung Virus HIV/AIDS

Selasa, 21 April 2009 14:18 WIB
KARAWANG, KOMPAS.com — Sekitar 10 persen darah yang disumbangkan sukarelawan ke Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Karawang, Jawa Barat, selama 2008 lalu mengandung virus HIV/AIDS. PMI langsung memusnahkan darah yang tercemar itu dengan cara dibakar. "Pemusnahan darahnya dilakukan di Jakarta," kata Ketua Badan Narkotika Karawang (BNK) Eli Amalia Priatna di Karawang, Selasa (21/4). Dikatakannya, dibandingkan dengan jumlah darah yang steril, darah yang tercemar virus HIV/AIDS itu terbilang sedikit. "Kebutuhan darah di PMI Karawang sebanyak 900 labuh, dan saat ini stok labuh darah di PMI Karawang masih mencukupi," katanya. Sementara itu, jumlah penderita HIV/AIDS di Karawang selama tahun 2008 sebanyak 616 orang, dan 60 orang di antaranya meninggal dunia. "Jumlah yang tercatat itu baru penderita yang melakukan pemeriksaan. Jadi, orang yang tidak melakukan pemeriksaan tidak diketahui positif atau tidaknya," katanya. Eli yang juga Wakil Bupati Karawang itu mengatakan, rata-rata penderita HIV/AIDS di Karawang akibat penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan hanya sebagian kecil penderita yang tertular akibat hubungan seks.

Sistem Baru Pengelolaan Obat ARV Diterapkan

Rabu, 22 April 2009 16:25 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana menerapkan sistem baru dalam pengelolaan obat antiretroviral (ARV) untuk mendukung pengobatan infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS). "Mulai 1 Juli nanti kita akan pakai sistem ’Voluntary Pooled Procurement’ atau VPP dimana ARV dibeli secara global, harganya jadi lebih murah sehingga kita bisa membeli lebih banyak. Dan ada model distribusi dan penyimpanannya yang lebih baik," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi dalam simposium mengenai kesinambungan Antiretroviral Therapy (ART) di Jakarta. Penerapan sistem itu diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah dalam pengadaan dan distribusi ARV yang dalam satu tahun terakhir sering dikeluhkan pengelola rumah sakit rujukan pelayanan terapi ART dan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kepala Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Departemen Kesehatan Dyah Erti Mustikawati menjelaskan, sistem itu akan digunakan untuk pengadaan ARV dari dana the Global Fund. "Sebelumnya the Global Fund hanya memberikan dana, kita yang mengelola dan melakukan pengadaan ARV. Dengan VPP nanti, kita akan menyerahkan sebagian bantuan dana untuk VPP yang akan langsung memberikan ARV, jadi beban kita lebih ringan," katanya. Tim VPP, kata dia, juga akan memberikan asistensi kepada pemerintah dalam pembangunan sistem pengelolaan ARV baru yang lebih efisien, termasuk dalam penerapan metode penyimpanan dan distribusi ARV. Menurut Dyah, pemerintah akan bekerja sama dengan PT Kimia Farma untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan ARV yang didapat dari tim VPP the Global Fund. "Jadi nanti hanya ada satu pintu, karena selama ini pengadaan ARV dengan dana APBN juga dilakukan PT Kimia Farma," katanya. Ia menjelaskan pula bahwa untuk mendukung kesinambungan terapi ARV bagi ODHA pihaknya mengusulkan agar penetapan alokasi dana untuk pengadaan ARV dipisahkan dari keseluruhan pengadaan obat program supaya prosesnya lebih cepat. Dyah menambahkan, alokasi dana untuk pengadaan ARV tahun 2009 total Rp61 miliar dimana Rp39 miliar diantaranya berasal dari APBN dan sisanya dari bantuan the Global Fund. Pengalokasian dana tersebut disesuaikan dengan perhitungan jumlah pasien 21.000 orang di seluruh Indonesia. Lebih lanjut dia menjelaskan, pemerintah sudah berupaya menyediakan ARV secara berlanjut untuk mendukung kelangsungan pengobatan ODHA namun demikian ada beberapa hal yang mempengaruhi kesinambungan ketersediaan ARV. "Jumlah pasien terus bertambah sehingga kebutuhan bertambah terus karena ini digunakan untuk perawatan seumur hidup pasien. Obat ARV juga masih terus berganti seiring perkembangan teknologi pembuatan obat," katanya. Selain itu, kata dia, juga ada faktor lain seperti kepatuhan berobat, tingkat resistensi pada pengobatan, ketepatan perkiraan kebutuhan dan faktor-faktor yang berada di luar kendali departemennya.Pemanfaatan Terapi ARVDyah menjelaskan, saat ini pemerintah sudah membangun 482 fasilitas konseling dan pemeriksaan (Voluntary Counselling and Testing/VCT) HIV/AIDS di 123 dari sekitar 440 kabupaten/kota.Pelayanan terapi ARV bagi ODHA, lanjut dia, juga sudah tersedia di 122 rumah sakit rujukan dan 26 rumah sakit satelit.Jumlah pasien HIV/AIDS yang tercatat mendapatkan perawatan hingga Maret 2009 sebanyak 38.888 orang dan 66 persen diantaranya memenuhi syarat mendapatkan terapi ART."Dari jumlah itu 19.579 diantaranya sudah mendapatkan terapi ARV dan saat ini 60 persennya masih menerima terapi dan 19 persennya meninggal dunia," katanya.Sementara jumlah akumulatif kasus AIDS yang terlapor, kata dia, hingga akhir Maret 2009 sebanyak 16.964 kasus. Kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan di provinsi Jawa Barat (3.162), DKI Jakarta (2.807), Jawa Timur (2.652), Papua (2.499), Bali (1.263), Kalimantan Barat (730), Jawa Tengah (573), Sumatra Utara (485), Riau (368) dan Kepulauan Riau (325)

Seluruh Provinsi Terjadi Kisruh DPT

detikcom - 1 jam 23 menit lalu
Kisruh daftar pemilih tetap (DPT) menjadi pelanggaran terbesar dalam pemilu legislatif 2009. Ini terjadi mulai dari tingkat provinsi sampai dengan Tempat Pemungutan Suara (TPS).
if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object();
window.yzq_d['N.DeLXxsfLc-']='&U=13gdf45ug%2fN%3dN.DeLXxsfLc-%2fC%3d732659.13418182.13510629.12823904%2fD%3dLREC%2fB%3d5690139%2fV%3d1';
Hal itu diungkapkan Ketua BP Pemilu Pusat DPP PDIP Tjahjo Kumolo di sela-sela Rapat Koordinasi dan Evaluasi BP Pemilu di Kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung Raya, Jaksel, Jumat (24/4/2009).
"Setelah dirangkum semua laporan pelanggaran dari semua provinsi, akan dibuat kesimpulan dan akan direkomendasikan pada Rakernas besok," ujar Tjahjo.
DPP PDIP akan menggelar Rakernas V pada 25 April besok. Meski Rakernas akan menjadi ajang penentuan cawapres Megawati Soekarnoputri, namun, kata Tjahjo, pelanggaran pemilu legislatif adalah hal-hal yang tidak bisa dipisahkan dengan persiapan Pilpres.
"Karena DPT ini menyangkut kedaulatan pemilih," tegasnya.
Terkait perolehan suara dari tiap DPD, DPP PDIP juga belum bisa melakukan rekapitulasi mengingat rekapitulasi KPU juga mengalami keterlambatan.
"Itu yang menjadi kendala, sampai di tingkat KPPS pun masih belum dilaporkan ke sejumlah derah tingkat I, yang mungkin jarak antara ibukota kecamatan dengan tingkat II sangat jauh," pungkasnya.
Selain masalah DPT, surat suara tertukar juga menjadi masalah yang cukup banyak ditemukan dari laporan 33 DPD PDIP.
Pdt Masada Sinukaban Kesaktian Peduli Generasi Indonesia
Stop HIV AIDS dan Peduli Narkoba
Sumber dari Internet dan Yahoo.Com, DetikCom

Yahoo
Dino: Yang Tercantum di Situs TIME Adalah Jajak Pendapat

detikcom - 1 jam 59 menit lalu

Nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak tercantum dalam 100 tokoh paling berpengaruh versi Majalah TIME. Ini bisa dilihat dari situs resmi TIME, yakni www.time.com.

Dari 203 nama yang tercantum, tidak terdapat nama SBY. Namun menurut Jubir Kepresidenan Dino Patti Jalal, daftar nama di situs Majalah TIME tersebut hanyalah jajak pendapat. Sedangkan keputusan akhir tetap di tangan editor.
"Setelah melihat secara seksama situs www.time.com, ternyata yang tercantum di sana adalah jajak pendapat, jadi bukan keputusan editor," kata Dino dalam pesan singkatnya kepada detikcom, Jumat (25/4/2009).
Tiap tahun TIME memang mengeluarkan daftar orang paling berpengaruh dunia atau lazim disebut TIME 100. Untuk bisa masuk TIME 100, TIME lebih dulu memilih ratusan kandidat yang memenuhi kriteria yang ditentukannya.
Untuk memeras kandidat menjadi 100 orang, TIME mengundang partisipasi publik untuk memberi nilai. 100 Orang yang menyabet nilai tertinggi nantinya akan dirilis pada 1 Mei 2009.
Pertanyaannya, jika dalam jajak pendapat yang menampilkan 203 nama tokoh saja SBY tidak tercantum, bagaimana mungkin SBY masuk ke dalam 100 besar?
Sebelumnya diberitakan, pihak Istana Kepresidenan telah menerima surat resmi dari majalah TIME yang menyatakan SBY masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia. Menurut Dino, SBY sampai dibuat terharu dengan adanya surat tersebut.
"Presiden SBY menyambut baik dan merasa terharu. Beliau menyatakan penghargaan itu merupakan apresiasi dan pengakuan dunia terhadap Bangsa Indonesia yang kini berada di garis terdepan dalam percaturan dunia internasional," kata Dino 13 April lalu.
Penobatan tersebut bahkan telah dilansir lewat website resmi Presiden SBY, yakni www.presidensby.info. Tertulis di halaman website tersebut, SBY masuk sebagai 100 tokoh paling berpengaruh versi Majalah Time, bersanding dengan mantan PM Inggris Tony Blair, mantan Menlu AS Madeline Albright, mantan Presiden Rusia Vladimir Putin, PM Italia Silvio Berlusconi, dan mantan Presiden AS George W. Bush.
Sebagai informasi, dari kelima tokoh yang disebut, hanya Blair, Putin, dan Bush yang tercantum dalam situs TIME. 2 Yang lain tidak tercantum.
diambil dari Internet Yahoo.Com dan Detik.Com
Oleh Pdt Masada Sinukaban Kesaktian Peduli Generasi Indonesia

Senin, 20 April 2009

Kisruh daftar pemilih tetap (DPT) mewarnai pemilu legislatif.
Protes pun mengalir. Salah satunya para mantan aktivis '98. Mereka pun menyerukan penolakan pemilu dan pemboikotan pilpres.
Pemilu harus diulang karena adanya cacat DPT atau boikot pilpres 2009. Kini kita berada di tengah krisis konstitusi ketatanegaraan," kata Mantan Ketua Senat Universitas Mercubuana A Rohman, dalam jumpa pers di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng, Jakpus, pada Senin (20/4/2009).
Para mantan aktivis '98 itu yang dahulu tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta (FKSMJ) antara lain Ubaidillah (mantan Ketua Senat UNJ), Panca Nainggolan, dan lainnya, menandatangani petisi.
"Hentikan penghitungan, presiden mengatakan bahwa itu kesalahan KPU, tetapi data kependudukan disediakan oleh pemerintah, jadi pemerintah yang harus bertanggung jawab," jelas A Rohhman.
Menurut dia, ketua dan anggota KPU juga harus mengundurkan diri karena telah gagal dalam menyelenggarakan pemilu.
"Mundur disini bukan untuk melanggar hukum formal, tetapi lebih sebagai suatu sikap moral sebagai orang yang dipercaya tapi melakukan kesalahan dan kegagalan dalam mengemban tugas rakyat, jadi butuh etika politik," ujarnya.
Selain itu, presiden dan wapres segera non-aktif dari jabatannya agar pemilu berlangsung jurdil dan pemerintahan dijalankan oleh Triumvirat.
"Maka Mendagri, Menlu, dan Menhan akan bekerja secara eksekutif dalammenjalankan pemerintahan," tambahnya.

Bicarakan Masalah Kisruh Pemilu, Wiranto Bertemu Mega Lagi

detikcom - 2 jam 26 menit lalu

Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto bertandang ke kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Pertemuan ini untuk menindaklanjuti pertemuan sebelumnya.

"Ini untuk melanjutkan pertemuan pertama yang dulu saya bacakan. Hari ini coba untuk merealisir langkah-langkah konkret," ujar Wiranto sesaat setelah tiba di kediaman Mega, Senin (20/4/2009).
Menurut Wiranto, selain bertemu dengan Mega, dirinya telah melakukan pertemuan dengan beberapa partai lain. Pertemuan tersebut membahas tentang pelaksanaan Pemilu Legislatif yang dianggap amburadul.
"Saya juga sudah melakukan pertemuan dengan parpol lain dan sekarang dengan Ibu Mega tentang kisruh pemilu (DPT)," imbuhnya.
Apa dalam pertemuan ini juga akan dibicarakan masalah koalisi? "Masalah hukum saja belum selesai, kok bicara koalisi," elak Wiranto
Kelompok 'Teuku Umar' Ancam Boikot Pilpres

detikcom - 45 menit lalu
Kelompok 'Teuku Umar' menilai Pemilu 2009 banyak kecurangan. Karena itu mereka meminta penanggung jawab pemilu yang terdiri dari presiden, pemerintah dan KPU bertangung jawab atas kecurangan tersebut. Jika tuntutan ini tidak diperhatikan, kelompok ini akan memboikot Pemilu Presiden mendatang.
"Seandainya permintaan pertanggungjawaban dan penjelasan ini tidak mendapat respon positif dari penanggung jawab pemilu, maka kami mempertimbangkan sepakat untuk tidak melakukan partisipasi dalam Pemilu Presiden," kata Juru Bicara Kelompok Teuku Umar, Wiranto.
Wiranto menyampaikan hal ini usai bertemu Megawati selama kuranglebih 1,5 jam di kediamannya Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Senin (20/4/2009). Kelompok 'Teuku Umar' antara lain, Megawati, Prabowo, Wiranto, Gus Dur, dan pimpinan partai-partai yang protes hasil Pemilu 2009.
Wiranto membantah jika sikapnya ini dinilai sebagai bentuk boikot terhadap agenda nasional. Sikap bersama ini diambil semata-mata untuk menunjukkan protes bersama akibat tidak adanya kejujuran dalam aturan main pemilu yang memberikan ruang kemenangan bersama kepada para pesertanya.
"Bukan boikot, bagaimana mungkin anda ikut suatu proses pemilu yang kita sangat tahu bahwa sudah sarat dengan ketidaksempurnaan. Bagaimana ikut pertandingan, tatkala anda tahu peraturan-peraturan yang digunakan tidak lagi berpihak pada kebenaran. Bagaimana anda ikut pertandingan tatkala anda tahu hasilnya apapun tidak akan memenangkan pertandingan itu. Inikah hak asasi," paparnya.
Wiranto menegaskan kelompok Teuku Umar ini diambil bukan karena takut kalah dengan SBY. Tetapi semata-mata ingin menegakkan substansi demokrasi yang berlandaskan fairness.
"Banyak hak konstitusional warga negara yang dipasung saat ini. Ini bukan soal menang-menangan. Atau untuk mengganggu proses konstitusional. Kami ingin menegakkan kebenaran," jelasnya.
Wiranto menambahkan, rumusan ancaman boikot ini sudah dibuat oleh kelompok Teuku Umar. Hanya tinggal menunggu waktu untuk disampaikan kepada publik jika tuntutan pertanggungjawaban ini tidak mendapatkan respon dari penanggung jawab pemilu yang terdiri dari presiden, mendagri dan KPU.

Dituntut Buka DP4, Mendagri Berdalih DPT Kewenangan KPU

detikcom - 2 jam 32 menit lalu

Tuntutan sejumlah parpol agar Departemen Dalam Negeri (Depdagri) membuka DP4 (Daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu) terkait kekisruhan daftar pemilih tetap (DPT) ditanggapi dingin. Depdagri berdalih DPT adalah kewenangan KPU.
"Saya katakan berkali-kali soal DPT ini bahwa kewenangannya ada di KPU," ujar Mendagri Mardiyanto usai mengikuti Raker dengan Komisi II di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (20/4/2009).
Mardiyanto menegaskan, dirinya tidak akan ikut campur dalam perbaikan DPT yang dilakukan oleh KPU. Ia mengatakan UU Pemilu 10/2008 tidak membolehkan Depdagri ikut campur.
"UU Pemilu tidak membenarkan kita mencampuri independensi KPU," tambahnya.
Kendati tidak akan mencampuri soal pemutakhiran DPT, mantan Gubernur Jawa Tengah ini memastikan kalau Depdagri siap memberikan bantuan kepada KPU untuk memutakhirkan DPT.
"Itu tugas KPU, tapi kalau ada kesulitan kita siap bantu," janjinya.
Mardiyanto berharap pembahasan Perppu 1/2009 yang sudah disetujui di Komisi II DPR, menjadi rangkaian yang tak terputus dengan pembahasan sebelum Perppu itu keluar dan pemutakhiran DPT berikutnya.
Ia mengatakan, Perppu itu nantinya bisa menjadi suatu bentuk akomodasi kepentingan masing-masing partai dan tidak lagi dipersoalkan oleh partai.
"karena waktu itu sudah ada dukungan bersama berupa dukungan politik walaupun itu (Perppu) milik pemerintah," tutupnya.

PDIP Minta DPR Evaluasi Pusat Tabulasi KPU

detikcom - 2 jam 27 menit lalu

PDIP mempertanyakan efektivitas tabulasi online (real count) Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang selama ini berjalan sangat lamban. Partai berlambang banteng moncong putih ini meminta DPR mengevaluasi tabulasi nasional Pemilu 2009 yang digelar KPU di Hotel Borobudur yang ditutup hari ini.
"Sangat disayangkan dan kami bertanya-tanya ada apa sebenarnya KPU," tutur Ketua FPDIP, Tjahjo Kumolo melalui pesan singkat kepada detikcom, Senin (20/4/2009).
Menurut Tjahjo, perhitungan suara yang digelar di hotel mewah ini menggunakan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, dengan hasil yang mengecewakan, KPU harus bertanggung jawab.
"DPR harus mempertanyakan kepada KPU, apa problemanya, dan ada apa dengan KPU," tutur Tjahjo.
"Kalau macet begini, bagaimana pertanggungjawaban KPU untuk hal ini. Ini juga menyangkut pembiayaan yang besar untuk IT," pungkasnya.
Meskipun target tidak terpenuhi, pusat tabulasi pemilu 2009 KPU direncanakan ditutup malam hari ini pada pukul 24.00 WIB dan dipindahkan ke Gedung KPU di, Jl Iman Bonjol, Jakarta Pusat.
Sementara itu, Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie mendukung langkah KPU yang akan memindahkan pusat tabulasi dari Hotel Borobudur ke Kantor KPU. "KPU harus terus melaksanakan tabulasi nasional dengan IT tapi tidak terbuka," kata Marzuki Alie di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Marzuki menambahkan, tabulasi tidak banyak berpengaruh karena yang paling penting adalah penghitungan secara manual.
"Saya harap tidak ada jauh beda tabulasi dengan manual, meskipun ada keraguan. Kita harap tabulasi terus dilaksanakan meski tidak secara terbuka," tandasnya
Di Kutip dari Yahoo.Com dan Detik Com
Oleh Pdt Masada Sinukaban Kesaktian Peduli Generasi Indonesia

Minggu, 19 April 2009

TIPE-TIPE DASAR PENDAMPINGAN
DAN KONSELING PASTORAL

Pdt Masada Sinukaban
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA

Tantangan Pendampingan dan Konseling Pastastoral masa Kini
Konseling Pastoral adalah alat yang penting sekali yang membantu Gereja menjadi pos penyelamat jiwa, tempat berlindung, taman kehidupan Rohani dan bukan suatu klub atau museum. Konseling dapat membantu menyelamatkan bidang kehidupan yang menderita kerusakan dalam badai kehidupan sehari-hari, yang hancur karena rasa cemas, rasa bersalah, dan kurangnya integritas kepribadian. Dalam program pendampingan dan konseling yang efektif, pendeta dan warga gereja sudah terdidik berfungsi sebagai orang yang memperlancar penyembuhan dan pertumbuhan. Program pendampingan konseling yang efektif dan mentransformir suasana antar pribadi jemaat dan dapat membuat gereja menjadi tempat pemeliharaan keutuhan manusia disepanjang siklus kehidupannya.
Pendampingan dan Konseling Pastoral terus membantu pembaharuan semangat Gereja dengan menyediakan alat untuk pembaharuan pribadi, hubungan, dan kelompok manusia. Konseling mengurangi kelumpuhan kemampuan umat Kristen untuk memberi dan menerima kasih. Dengan demikian konseling dapat membantu kita menjadi Gereja, yaitu persekutuan yang didalamnya Kasih Allah menjadi realitas yang dialami dalam hubungan-hubungan. Jadi, Konseling terus menjadi alat pembaruan melalui pendamaian, yang membantu menyembuhkan keterasingan orang dari diri sendiri, dari keluarga, dari warga Gereja lainnya, dari orang yang berada dari luar Gereja, dan dari hubungannya dengan Allah yang memberi kegairahan dan pertumbuhan. Konseling dapat membuka kesadaran baru, memperbaiki pandangan mata hati kita yang dahulu menjadi buta karena kecemasan, kepedulian pada diri sendiri yang dibebani oleh rasa bersalah atas segala keindahan, tragedi, keajaiban dan kesakitan orang. Konseling dapat membebaskan kemampuan orang menuju kemurnian dan kegairahan. Konseling dapat membebaskan daya ciptanya yang terperangkap, yaitu daya cipta yang terdapat dalam diri setiap orang. Dengan membaharui orang sebagai manusia, Konseling membantu memperkuatnya menjadi perantara pembaruan dalam Gereja dan masyarakat yang benar-benar sangat membutuhkan pembaruan.
Konseling dan pendampingan dapat menjadi alat-alat penyembuhan dan pertumbuhan yang membantu orang mengembangkan apa yang paling sulit dicapai dalam periode sejarah masakini, yaitu hubungan yang mendalam.
Ketika orang bersentuhan dengan kehidupan Yesus, dia mengalami didalam Dia kuasa penyembuhan yang berasal dari keterbukaan kepada diri sendiri, orang lain, alam dan Allah. Dia berhadapan dengan Yesus yang hidup-Nya merupakan saluran yang dalam. Dari Dia mengalir dengan bebas dan berkelimpahan segala sumber daya penyembuhan dan pertumbuhan, yaitu Roh pengasih Allah.
Tujuan utama dari buku ini adalah membantu para pendeta dan para Mahasiswa/i teologi untuk mengembangkan keterampilan yang setinggi-tingginya dalam metode dasar pendampingan dan Konseling yang diperlukan dalam pelayanan penyembuhan dan pertumbuhan yang efektif. Termasuk kedalam tujuan umum ini, terdapat beberapa tujuan khusus:
(1) Buku ini bertujuan untuk melukiskan pertumbuhan holistik yang baru dan paradigma yang berpusat pada pembebasan untuk pendampingan Pastoral dan Konseling yang berpusat pada keutuhan rohani dan etis.
(2) Buku ini bertujuan untuk meninjau seluas-luasnya misi, dasar teologis, warisan historis, dan keunikan pendampingan dan Konseling pastoral.
(3) Buku ini bertujuan meninjau kembali prosedur fundamentalis bagi semua pendampingan dan Konseling pastoral.
(4) Buku ini bertujuan untuk mengemukakan tipologi pendampingan dan Konseling pastoral sebagai cara untuk mengerti kesempatan Pendeta yang seluas-luasnya untuk memperlancar penyembuhan dan pertumbuhan. Perlu dijelaskan bahwa bermacam-macam metode Konseling sering dipakai dalam berbagai tahap hubungan Konseling, bahkan dalam pertemuan yang sama. Sama halnya dengan seorang tukang kayu, dia membutuhkan macam-macam alat untuk membuat satu perabut yang bagus. Konselor pun demikian halnya. Ia membutuhkan bermacam-macam metode untuk menolong orang memulihkan perkawinannya atau struktur nila yang jelek.
(5) Tujuan selanjutnya dari buku ini adalah menyoroti berbagai tipe pendampingan dan konseling yang sangat penting dan normatif yang berpusar pada diri manusia, pelayanan umum (non-spesialis), bantuan krisis jangka pendek; pendampingan dan konseling bagi keluarga yang berkabung; penyuburan dan Konseling perkawinan dan Keluarga; Konseling terarah referal ; Konseling pendidikan dan Konseling kelompok kecil; dan pendidikan tim pendamping warga Gereja
(6) Tujuan terakhir buku ini adalah mendorong penggunaan metode simulasi secara luas dalam mempelajari pendampingan dan Konseling pastoral. (Halaman 15-25, 2002).
(7)

Model Pengembalaan dan Konseling Pastoral yang Terarah Pada Pembebasan dan Pertumbuhan yang Holistik
Pengembalaan dan Konseling Pastoral adalah pemanfaatan hubungan seseorang dan orang lainnya didalam pelayanan. Hubungan itu dapat berupa hubungan satu orang tertentu dengan satu orang lainnya atau dalam suatu kelompok kecil. Hubungan itu memungkinkan timbulnya kekuatan dan pertumbuhan yang menyembuhkan baik dalam diri orang-orang yang dilayani tersebut maupun didalam relasi-relasi mereka. Pengembalaan adalah suatu pelayanan yang luas cakupannya. Pengembalaan mencakup pelayanan saling menyembuhkan dan menumbuhkan didalam suatu jamaat dan komunitasnya sepanjang perjalanan hidup mereka. Konseling pastoral adalah hubungan dimensi dari pengembalaan. Dalam Konseling Pastoral bermacam-macam metode untuk menolong orang dimanfaatkan, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengatasi masalahnya atau krisis-krisis yang mereka hadapi. Dan dengan Konseling itu mereka akan mengalami penyembuhan dari kehancurannya. Konseling Pastoral adalah suatu fungsi yang bersifat memperbaiki, yang dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi pertumbuhannya. Orang yang membutuhkan Pengembalaan sepanjang hidupnya. Tetapi orang hanya membutuhkan Konseling Pastoral ketika mengalami krisis yang hebat. Dan mungkin, sudah cukup dengan Konseling dalam waktu yang lama. Ini dibutuhkan ketika pertumbuhan terhalang secara mendalam dan atau kronis. Rintangan itu disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi pada waktu lampau atau oleh krisis-krisis yang menimpa hidup orang secara beruntun pada masa dewasa. (Halaman 32-33, 2002)

Bentuk Umum Model Pembebasan dan Pertumbuhan
Dibawah ini diterangkan beberapa tema utama dalam model pembebasan pertumbuhan:
(1) Tujuan dari seluruh pengembalaan dan Konseling Pastoral (dan semua pelayanan) adalah untuk membebaskan, memperkuat dan memelihara keutuhan hidup yang berpusat pada Roh. Metode-metode Pengembalaan dan Konseling adalah dimensi-dimensi yang penting dari pelayanan yang memungkinkan adanya keutuhan itu.
(2) Keutuhan Spiritual dan etis adalah inti dari seluruh keutuhan Manusia. Pembentukan Spiritual dan tuntunan etis adalah inti keprihatinan dari semua Pengembalaan dan Konseling Pastoral yang berakar dalam warisan Yahudi Kristen.
(3) Pengembalaan dan Konseling Pastoral berusaha memanfaatkan pemahaman psikologis maupun Teologis yang berhubungan dengan situasi dan penyembuhan manusia.
(4) Pengembalaan dan Konseling harus bersifat Holistik (menyeluruh), artinya berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan Manusia dalam dimensinya. Model itu berorientasi pada sistem-sistem, artinya keutuhan orang dilihat dari keterlibatannya dalam segala hubungan-hubungannya yang penting dan saling ketergantungannya dengan orang-orang, kelompok-kelompok dan institusi-institusi, sebenarnya mempunyai hakikat yang sama.
(5) Tersedia kesempatan-kesempatan khusus untuk pemeliharaan keutuhan melalui Pengembalaan dan Konseling Pastoral pada tiap tahap perkembangan hidup.
(6) Pelayanan dan pengembangan dalam suatu Jemaat sebagai komunitas yang saling mempedulikan menjadi konteks dan fondasi yang memperkuat pelayanan Konseling Pastoral yang bersifat reparatif.
(7) Pengembalaan adalah pelayanan Pendeta dan anggota jemaat secara bersama. Pendeta (pelayan yang ditahbiskan) merupakan pelatih yang bertanggung jawab untuk memampukan anggota Jemaat saling melayani disamping menjalankan pelayanannya diri sendiri yang unik dan berharga.
(8) Krisis dan kemalangan dalam kehidupan individu dan keluarga, serta krisis dan perubahan sosial dalam masyarakat yang lebih luas, umumnya menjadi kesempatan yang paling sering untuk melakukan Pengembalaan dan Konseling. Karena itu, demi keefektifan pelayanan, maka metode-metode untuk mencegah krisis dalam waktu singkat amat dibutuhkan.
(9) Pengembalaan harus membebaskan diri dari orientasi yang mengutamakan kelas menengah, orang kulit putih, dan laki-laki, juga harus menjadi lebih inklusif dalam pengertian, keprihatinan dan metode-metodenya. Prespektif pengembalaan harus lebih bersifat transkultural, terbuka terhadap cara-cara pengembalaan yang baru untuk orang miskin dan lemah, golongan etnis minoritas, wanita dan orang-orang dari kebudayaan asing. Dalam Planet yang kian menyusut ini, kesadaran, suara hati dan pelayanan kita harus bersifat Global.
(10) Memampukan orang mengembangkan baik prilaku, perasaan, sikap, dan nilai yang konstruktif adalah hal yang amat penting dalam proses menolong.
(11) Pengembalaan dan Konseling sepantasnya memanfaatkan identitas profesional yang unik dan peranan pelayan (Pendeta), termasuk otoritas mereka yang positif dan harapan masyarakat terhadap mereka. Dengan demikian mereka akan mengambil inisiatif dalam usaha yang aktif untuk menolong orang yang membutuhkan Pengembalaan dan Konseling.
(12) Metode-metode penyembuhan dan pertumbukan “otak kanan” (pendekatan yang bersifat intuitif, metaforis, imaginatif) sepantasnya dipakai lebih banyak daripada waktu lampau dan diintegritaskan dengan metode-metode “otak kiri” (pendekatan analitis, rasionalis, intensional), jika Pengembalaan dan Konseling harus menjadi alat-alat yang lebih baik bagi perubahan Manusia secara total.
(13) Agar Pengembalaan dan Konseling Pastoral menjadi lebih efektif dalam pembebasan keseluruhan diri manusia itu, maka harus dipahaminya keseluruhan diri manusia itu, baik laki-laki maupun perempuan dalam cara-cara yang mendorong pertumbuhan yang jauh melampaui stereotip-stereotip peran Seks yang tradisional. Perubahan-perubahan yang mendalam pada identitas wanita dalam dua dekade terakhir (seperti yang direfleksikan dalam pemikiran-pemikiran Teolog-teolog dan Terapis-terapis feminis), membuka kemungkinan-kemungkinan baru yang menarik untuk pembebasan wanita dan pria menuju kemampuan-kemampuan yang penuh, yang Tuhan berikan kepada mereka. Pengembalaan dan Konseling Pastoral harusnya menjadi alat-alat pembebasan manusia secara penuh.
(14) Konselor dan terapis Pastoral perlu memperkuat dasar dan metodologi pemikiran mereka dengan melakukan pendekatan pada sistem-sistem yang lebih baru, dan psikoterapi-psikoterapi yang berorientasi pada pertumbuhan.
(15) Pengembalaan dapat dan sepantasnya terjadi dalam semua fungsi pelayanan, termasuk dalam khotbah, kebaktian dan aksi sosial.
(16) Agar menjadi efektif sebagai pemelihara pertumbuhan maka Pendeta harus terus bertumbuh. Sebagai orang yang memberi semangat hidup pada orang lain, maka kita harus tetap hidup. Untuk memungkinkan penyembuhan, maka kita harus cukup peka menghadapi dan mengakui kebutuhan kita akan penyembuhan, secara terus-menerus. Sehingga kita menjadi “penyembuh yang terluka” (the wounded healer-Henry Nouwen). Dalam pengalaman saya, inilah tantangan, kesulitan dan bagian yang menarik dalam pelayanan.

Pembebasn merupakan motif yang mempersatukan gaya hidup orang Kristen. Injil akan dialami sebagai kabar baik apabila Injil itu membebaskan dan menguatkan orang untuk menghayati mimpi serta maksud Allah sehingga mereka memperoleh kehidupan untuk menjadi segala yang mungkin sesuai potensinya. (Halaman 33-36, 2002).

Inti Keutuhan
Keutuhan, yang harus dibebaskan dan dikuatkan oleh Gereja, berpusat pada keutuhan rohani. Artinya, inti dari semua Pengembalaan dan Konseling Pastoral adalah untuk menolong orang mengalami penyembuhan dan pertumbuhan dalam dimensi vertikal (Tillich).

Enam Dimensi Keutuhan
Pengembalaan dan Konseling Pastoral berusaha memperkuat pertumbuhan kearah keutuhan dalam enam aspek kehidupan Manusia, yang satu sama lainnya saling berkaitan:
- Menyegarkan pikiran.
- Membuat tubuh lebih bergairah.
- Memperbaharui dan memperkaya hubungan-hubungan dekat.
- Memperdalam hubungan orang dengan alam dan lingkungan hidup.
- Menumbuhkan hubungan dengan lembaga-lembaga yang penting dalam hidup.
- Memperdalam dan menggairahkan hubungan dengan Allah.
Manusia adalah sistem-sistem yang terbuka. Pertumbuhan kita terjadi dalam hubungan-hubungan keenam dimensi diatas. Pertumbuhan yang semakin besar dalam satu dimensi, akan mendukung pertumbuhan dalam dimensi-dimensi lainnya. Berkurangnya keutuhan dalam satu dimensi akan memperlambat pertumbuhan dalam dimensi-dimensi lainnya. Pengembalaan dan Konseling Pastoral yang bersifat menyeluruh (holistik) ditujukan untuk memampukan orang dalam mengembangkan dan menyeimbangkan pertumbuhan dalam keenam aspek kehidupan mereka.
Pengembalaan dan Konseling Pastoral akan efektif sejauh mana keduanya memberi bantuan kepada orang untuk memperkembangkan kemampuannya berhubungan dalam cara-cara yang memelihara keutuhan.
Konseling Pastoral bertujuan untuk membantu orang menghadapi masalah-masalah mereka yang mendesak secara konstruktif, mengambil keputusan-keputusan, memikul pertanggungjawaban-pertanggungjawaban, dan memperbaiki prilaku mereka yang menyakiti diri sendiri dan orang lain; tetapi juga sama pentingnya, yakni membantu mereka mengungkapkan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan pemahaman-pemahaman akan diri mereka sendiri, yang merintangi pertumbuhan mereka.
Semua fungsi pelayanan mempunyai satu tujuan tunggal yang mempersatukan semuanya, yaitu memperkuat keutuhan manusia yang berpusat pada Roh. Kita para Konselor Pastoral penting melihat diri kita sendiri didalam warisan Pengembalaan yang panjang dan kaya.
Renaesance (kelahiran kembali) dalam Pengembalaan kontemporer dimulai pada pertengahan tahun dua puluhan dengan sumbangan perintis dari Richard Cabot, Anton Boisen, Philip Guiles, Russell Dicks dan lain-lain, yang memulai gerakan pendidikan klinis (Clinical Pastoral Education, di singkat CPE). Berawal dari penyakit seorang psikosis dalam kasus Boisen, dan penyakit seorang penderita TBC tulang dalam kasus Dicks maka kedua penderita ini mulai mendidik Pendeta-pendeta dan mahasiswa-mahasiswi seminari di rumah sakit dimana mereka melayani orang-orang yang berada dalam krisis dibawah pengawasan yang cermat.


William A. Clebsch R. Jaekle mengemukakan 4 Pengembalaan di sepanjang abad :
(1) Menyembuhkan (Healing)- “Suatu fungsi Pastoral yang terarah untuk mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan memperbaiki orang itu dengan menuju keutuhan dan membimbingnya kearah kemajuan diluar kondisinya terdahulu.”
(2) Mendukung (Sustaining)-”Menolong orang yang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang lampau, dimana perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi diusahakan atau kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak mungkin lagi diharapkan.”
(3) Membimbing (Guiding)-”Membantu orang yang berada dalam kebingungan dalam mengambil pilihan yang pasti (meyakinkan diantara berbagai pikiran dan tindakan alternatif/pilihan), pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang.”
(4) Memulihkan (Reconciling)-”Usaha membangun hubungan-hubungan yang rusak kembali diantara manusia dan sesama manusia dan diantara manusia dengan Allah”. Secara historis, memulihkan telah dipakai dua model : Pengampunan dan disiplin Gereja.
Saya perlu juga menambahkan fungsi kelima dari pengembalaan, fungsi yang juga bersifat mendasar dan merupakan suatu motif yang langgeng dalam sejarah gereja, yaitu: Memelihara atau mengasuh (Nurturing). Tujuan dari memelihara adalah memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepada mereka, disepanjang perjalanan hidup mereka dengan segala lembah-lembah, puncak-puncak dan dataraan-datarannya. (Halaman 39-53, 2002).

Misi, Dasar Alkitab, Keunikan Pengembalaan dan Konseling Pastoral
Pengembalaan (Pendampingan Pastoral) adalah suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap orang akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan, dan Pengembalaan (pendampingan). Banyak orang terdesak/terpojok memandang Pendeta sebagai seorang yang berkompeten, Gembala yang layak untuk mendampingi mereka berjalan dalam lembah kekelaman. Jika Pendeta itu tidak mempunyai keterampilan yang memadai, maka orang-orang tersebut diatas hanya akan mendapatkan batu ketika mereka meminta roti. Jelaslah bahwa Pendeta terus berada dalam garis terdepan dalam pergumulan untuk menolong orang susah. Pendeta perlu memperoleh pendidikan yang terbaik dalam Konseling, yaitu pendidikan yang diawasi baik secara akademis maupun secara klinis. (Halaman 59-63, 2002).


Berteologi Melalui Pendampingan dan Konseling Pastoral
Hubungan antara praktek Pendampingan (Pengembalaan) dan Konseling Pastoral dengan warisan Alkitabiah kita mempunyai jalan dua arah. Pendampingan dari warisan kita menerangi, memperjelas dan membimbing praktek seni Pastoral. Dan praktek ini menghidupkan kebenaran Alkitabiah dengan membiarkan kebenaran tersebut berinkarnasi dan dialami didalam relasi manusiawi. Didalam Konseling, kebenaran Alkitabiah diperjelas oleh penerapan dan pengujiannya diarena pergumulan dan pertumbuhan manusiawi. Dalam hal inilah Pendampingan dan Koseling Pastoral merupakan cara berteologi. Didalam hubungan Konseling, seorang Pendeta bergumul bersama-sama dengan orang yang dilayaninya beserta dengan masalah Teologis yang mendasar pada suatu tingkat kepribadian yang mendalam. (Halaman 64, 2002).

Keunikan Konseling Pastoral
Pendeta perlu memahami keunikannya sebagai Konselor sama seperti ahli Konseling dan terapi lainnya, sehingga ia dapat meningkatkan sumbangannya yang khusus dalam menolong orang yang menderita kesusahan. Inti dari keunikan Pendeta ialah warisan, orientasi, sumberdaya, dan kesadaran Teologis-Pastoralnya. Inilah kerangka dan bidang keahlian khusus seorang Pendeta. Setiap hal yang dilakukan oleh Pendeta, sepantasnyalah dipengaruhi secara mendalam oleh kesadaran bahwa Roh Allah yang transpersonal (lintas-pribadi) adalah inti dari segala realitas. (Halaman 85-86, 2002).

Memperlancar keutuhan Rohani: Inti dari Pengembalaan dan Konseling Pastoral
Pendeta terpanggil menjadi orang yang memungkinkan terwujudnya keutuhan rohani disepanjang siklus kehidupan. Pendidikan Teologi yang diperolehnya menolong memperlengkapinya dengan sumber dan kecakapan yang perlu untuk digunakan sebagai Guru, Pembimbing dan pelatih kehidupan rohani alam semua aspek pelayanannya. Memampukan penyembuhan dan pertumbuhan rohani adalah tugas inti dalam semua pengembalaan dan Konseling Pastoral. Menyelidiki sifat dan metodologi dari peningkatan keutuhan rohani. (Halaman 133-134, 2002)

Konselor Pastoral Sebagai Pembimbing dan Pimpinan Rohani
Banyak tradisi dan kebudayaan yang menganggap bahwa peranan Pembimbing pribadi dalam kehidupan batin adalah peran yang penting sekali. Didalam Kekristenan, tradisi bimbingan rohani (spiritual direction) telah berkembang maju mengikuti abad ke empat (didalam tradisi Bapak-bapak Gereja dari daerah gurun pasir dan juga di gereja Ortodox Timur). Tradisi ini terus kuat dalam Gereja Roma Katholik pada abad pertengahan dan kemudian dalam persekutuan Anglikan. Walaupun tradisi Protestan secara relatif tidak memakai istilah “bimbingan rohani” hingga pada waktu terakhir ini, namun Luther telah mempraktekkan suatu pelayananan bimbingan pribadi, Calvin telah menunjukkan keprihatinannya terhadap bimbingan suatu hati dan Richard Baxter didalam buku klasiknya The Reformed Pastor (1656), menunjukkan bahwa Pendeta sepantasnya tidak boleh “agak lengah” pada tugas nasehat pribadi, tetapi sepantasnyalah “melakukan dengan penuh semangat”. Pada zaman Wesley, pertemuan para pengikut merupakan tempat bimbingan rohani dan pendidikan yang intensif dalam kehidupan orang Kristen. Jelaslah bahwa tradisi Kristen telah menganggap bimbingan rohani sebagai suatu dimensi sentral dari pengembalaan.
Arah bimbingan rohani ini mempunyai implikasi penting bagi Pengembalaan dan Konseling. Agar sungguh-sungguh menjadi Pastoral, maka Konseling Pastoral mencakup perspektif dan keprihatinan dari bimbingan rohani. (Halaman 146-147, 2002)

Memeriksa dan Mengobati Masalah Rohani
Mengemungkinkan keutuhan rohani dalam Konseling Pastoral mencakup Pengembalaan dan pengertian masalah rohani seseorang secara khusus, kemudian menggunakan metode yang cocok untuk mendatangkan kesembuhan kepada kerusakan itu. Tujuan Pendeta adalah memimpin orang seperti itu menuju suatu kesadaran akan akar rohani dan akar nilai yang mendasar dari dilemanya dalam hidup ini.

Menggunakan Sumber Religius dalam Pengembalaan dan Konseling Pastoral
Karena pertumbuhan rohani ini adalah tujuan akhir dari Pengembalaan dan Konseling Pastoral, maka Pendeta sepantasnya menggunakan istilah Teologis, gambaran, konsep, cerita dan sumber doa, kitab suci, dan sakramen dengan teliti dan hati-hati. Apabila sumber religius digunakan secara tepat, mereka dapat menjadi instrumen yang amat kuat untuk memelihara pertumbuhan rohani, dan menjadi sumber yang unik untuk Pengembalaan dan Konseling.
Menggunakan Alkitab dengan Cara yang Penuh Pertumbuhan.
Ada macam-macam cara untuk menggunakan Alkitab didalam Pengembalaan dan Konseling Pastoral.

Penggunaan Doa dan Meditasi
Doa dan Meditasi adalah disiplin perlengkapan ibadah yang dapat saling memperkaya. Keduanya adalah cara yang langsung untuk membuka diri seseorang kepada kuasa Kasih Allah yang kreatif. Disiplin ini mempunyai tiga penggunaan dalam Pengembalaan dan Konseling Pastoral: sebagai sumber penting untuk persiapan rohani pendeta sendiri untuk meperlengkapi pertumbuhan rohani dalam Konseling, sebagai sarana yang dapat dipakai oleh Konselor atas nama klien, dan sebagai kecakapan yang dapat diajarkan kepada Konseli untuk dipakai dalam penyembuhan diri sendiri.
Sumber Rohani Pendeta
Bila Pendeta memberi Konseling dalam bidang krisis dan kebingungan rohani, maka Teologinya yang hidup (operatif), yaitu cara dia mengatasi kecemasan eksistensialnya, mempengaruhi keefektifannya lebih banyak dari teologi “otak” nya. Keyakinannya yang mendasarlah yang menanggulangi “ego chill” (istilah ini berasal dari Erik Erikson untuk memaksudkan kecemasan eksistensial). Imannya yang nyata (real) memberi keberanian untuk memandang kearah jurang kecemasan eksistensial mereka yang mendalam. Kedua hal ini akan dapat diuji berulang-ulang dalam pelayannanya. Misalnya ketika Pendeta menolong seorang wanita yang mendekati kematian karena kanker atau seorang pecandu alkohol yang sudah berada ditepi jurang kehampaan hidup dan tindakan bunuh diri. Perasaan si Pendeta yang nyata tentang kehidupan dan kematiannya sendiri, dan juga tentang kehidupan dan kematian orang yang sangat dikasihinya, akan mempengaruhi Konseling si Pendeta, khususnya Konseling yang berpusat pada soal eksistensial.
Terapi-terapi pada zaman ini
Dua aliran dalam psikoterapi kontemporer menyediakan sumber yang sangat kaya untuk pekerjaan konselor Pastoral yang berhubungan dengan masalah rohani. Satu adalah perspektif eksistensialis seperti yang direfleksikan dalam pendekatan terapeutik dari Rollo May, James F.T. Bugental, dan Viktor Frankl. Tekanan dari para ahli terapi dalam aliran ini tentang nilai, kreativitas, kebebasan (pilihan dan pertanggungjawaban), keaslian (otentisitas), keberadaan, dan makna hidup, semuanya adalah konsisten dengan sebahagian besar pandangan Yahudi-Kristen tentang Manusia. Pengertian mereka yang tidak bersifat reduktionistis tentang manusia, yang bertentangan dengan pandangan behaviorisme dan psikoanalisis, meninggikan kemanusiaan yang unik dalam diri kita sebagai manusia. Bugental berkata: “barangkali saya dapat meringkaskan paling baik apa arti psikologi eksistensial bagi saya dengan menggunakan ungkapan ini: 'Ia memulihkan keilahian kita'.” Perspektif eksistensial dalam psikoterapi menolak kecenderungan yang mengubah manusia menjadi mekanisme, bahka mekanisme yang paling kompleks, seperti komputer. Dalam bahasa Alkitab, metode ini meneguhkan Imago Dei sebagai hakikat dari kemanusiaan dan berusaha memampukan perkembangan yang semaksimal mungkin atas potensi yang menyerupai Allah.
Aliran kedua ialah psikosintesis (psychosynthesis), yaitu suatu terapi yang dikembangkan oleh ahli psikiatri Italia, Roberto Assagiolo. Metode ini adalah suatu sumber pemahaman dan metode yang kaya untuk Konselor Pastoral. Psikosintesis berpusat pada pertumbuhan dan berorientasi rohani. Kebanyakan dari metode ini bermanfaat dalam memperlengkapi pertumbuhan rohani. (Halaman 156-172, 2002)

Konseling Atas Masalah Etis, Nilai dan Arti
Untuk menjadi sehat, orang membutuhkan nilai dan arti yang baik. Pertumbuhan menuju keutuhan yang berpusat pada Roh Kudus harus mencakup pertumbuhan dalam nilai yang membimbing kehidupan dan komitmen etis. Wabah kebingungan moral dan kekacauan nilai dalam masyarakat kita mempunyai persemaian yang didalamnya dikembangbiakkan banyak masalah psikologis, psikosomatis, antar pribadi, dan rohani yang menyebabkan orang datang ke Konseling dan terapi/pengobatan.
Banyak Konselor Pastoral tidak memperhatikan rasa bersalah dengan keseriusan, walaupun akibatnya destruktif. Setelah kita dengan tepat menolak moralisme yang legalistis sebagai sesuatu yang destruktif daan tidak Kristiani, kita gagal untuk menemukan metode yang efektif untuk mengatasi rasa bersalah dan membantu orang mengembangkan suara hati yang konstruktif. Adalah suatu keharusan bagi kita untuk melakukan demikian. Seorang psikiater yang bernama Edmud Bergler mengamati, “perasaan bersalah mengikuti setiap orang seperti bayangannya sendiri, entah dia mengetahui atau tidak.” tentu saja rasa bersalah adalah faktor yang penting sekali dalam masalah yang dihadapi banyak orang yang datang meminta bantuan Pastoral.(Halaman 177 dan 180, 2002)

Pemeliharaan dan Konseling Yang Bersifat Mendukung
Teori dan praktek psikoterapi membuat suatu perbedaan diantara metode-metode penyembuhan (therapy) yang bersikap menyingkapkan atau membongkar akar-akar tersembunyi dari penyakit (mental), metode-metode yang berorientasi pada pemahaman diri (insight) dari orang yang hendak ditolong pada satu pihak, dan pada pihak lain, metode-metode yang bersifat mendukung. Perbedaan ini punya makna yang besar bagi keefektifan Pendeta dalam melakukan Konseling. Memahami maksud perbedaan itu dapat menimbulkan penghargaan yang baru akan potensi-potensi dari pengembalaandan Konseling Pastoral dan mendorong para Pendeta dan angota-anggota jemaat. Sumber-sumber untuk menolong banyak orang yang tidak perlu atau yang tidak mampu memberi jawaban kepada pendekatan yang bersifat menyingkapkan atau membongkar.
Dalam pemeliharaan Konseling yang bersifat mendukung, Pendeta mempergunakan metode-metode yang memberi kestabilan, menyokong, mengayomi, memotivasi, atau membimbing orang-orang yang mengalami kemelut, memampukan mereka untuk mengatasi persoalan-persoalan dan gangguan-gangguan dalam hubungan mereka dengan cara yang lebih konstruktif, didalam batas-batas yang ditentukan oleh sumber-sumber dan keadaan-keadaan kepribadian mereka. (Halaman 219-220, 2002).

Pengembalaan dan Konseling Krisis
Pendeta telah berabad-abad memberikan Pengembalaan, dukungan, dan bimbingan dalam krisis dan kehilangan pribadi. Dalam zaman kita ini, para Pendeta memperoleh kesempatan (yang belum pernah terjadis sebelumnya) untuk memberi Pengembalaan dan Konseling bagi orang yang berjuang dalam pasang-surutnya krisis yang mengacau-balaukan kehidupan. Pendeta adalah Konselor krisis yang bersifat wajar karena keuntungan yang inheren (melekat) dari posisi dan perannya, yaitu: jaringan hubungannya dengan umatnya; haknya memasuki banyak sistem Keluarga; keyakinan banyak orang kepada Pendeta; kemudahannya berhubungan dengan orang; dan kehadirannya dalam banyak krisis perkembangan psikologis dak krisis yang terjadi secara kebetulan (yang tidak diharapkan dalam kehidupan umatnya), misalnya penyakit, kematian, dan kehilangan orang yang dikasihi. Dalam pandangan banyak orang yang sedang mengalami krisis kehilangan, gambaran dan identitas pendeta mengandung suatu arti yang bersifat mendukkung dan memelihara. Dalam keuntungan yang wajar inilah Pendeta mengajarkan penanggulangan krisis, termasuk melaksanakan upacara Gerejawi yang dengannya warisan relegius kita melingkungi krisis-krisis manusia yang utama, yang mencakup kelahiran dan pertumbuhan, hidup dan mati.

Pengembalaan Krisis dan Konseling Krisis
Pertolongan Pendeta bagi orang-orang yang berada dalam krisis dan kehilangan mempunyai empat aspek, yaitu: pelayanan pengembalaan umum; Konseling krisis informal; Konseling krisis formal jangka pendek (satu hingga lima seasson); dan Konseling serta terapi jangka panjang untuk membantu orang untuk memperbaiki sebab dan akibatpsikologis dari krisis yang hebat. Adalah penting membedakan pengembalaan krisis dan Konseling krisis, walaupun keduanya memang sering tumpangtindih dalam praktek. Orang yang berada dalam krisis sering bergerak bolak-balik diantara kebutuhan akan pengembalaan yang bersifat mendukung dan kebutuhan akan keterampilan Konseling krisis ketika mereka membuat keputusan yang sulit.tiap orang membutuhkan perhatian dan perawatan yang bertambah besar ketika mereka mengalami kesulitan yang hebat. Hanya sejumlah kecil orang yang membutuhkan konseling formal, dan lebih kecil lagi orang yang membutuhkan terapi yang bersifat memperbaiki (reparatif). Pelayanan pengembalaan umum adalah pelayanan yang mencakup kehadiran, pendengaran, kehangatan, dan dukungan praktis. Para Gembala (Pendamping) yang sudah terlatih dari warga jemaat dapat dan sepantasnya turut membagi tanggungjawab bersama dengan Pendeta untuk pelayanan yang penting dan mendesak ini. (Halaman 237-239, 2002).

Pengembalaan dan Konseling yang Berhubungan dengan Kehilangan
Pendeta sajalah, sebagai orang yang Profesional yang mendapatkan pendidikan dalam bidang Konseling, yang mempunyai kebebasan otomatis untuk memasuki dunia kehidupan banyak orang yang mengalami kedukaan. Bagi Pendeta hal ini memberikan banyak kesempatan dan pertanggungjawaban yang tidak ada tandingannya, menjadi Pembimbing dan sahabat yang efektif bagi orang yang mengalami kehilangan, ketika mereka berjalan melalui lembah kesusahan (karena kehilangan orang yang dikasihinya) yang kelam. Jelaslah hal itu mengharuskan Pendeta untuk memperkembangkan kemampuannya dalam Pengembalaan dan Konseling kehilangan dalam tingkat yang tinggi.
Kedukaan (grief) terkandung dalam segala perubahan, kehilangan dan transisi kehidupan yang penting, tidak hanya dalam kematian dari orang yang kita cintai. Setiap peristiwa kehidupan seperti terdapat dalam skala stres Holmes-Rahe mengandung suatu kehilangan dan karena itu mengandung kedukaan juga. Ada bukti bahwa banyak penyakit psikofisiologis (psikosomatik) berhubungan dengan kedukaan yang tidak disembuhkan. Hal yang serupa berlaku juga bagi banyak penyakit alkholoisme dengan penyakit kecanduan lainnya (termasuk kecanduan makanan). (Halaman 284, 2002).

Penyuluhan Perkawinan dan Konseling Krisis Perkawinan
Penyuluhan (enrichment) perkawinan dan Keluarga serta Konseling krisis perkawinan adalah salah satu keterampilan menolong yang terpenting dari Pendeta. Dalam semua jenis pendampingan dan konseling diperlukan suatu taraf keahlian yang layak. Tetapi dalam bidang kehidupan Keluarga, seperti didalam krisis dan kedukaan, Pendeta memperoleh banyak kesempatan yang sangat penting sekali karena itu dibutuhkan suatu kemampuan yang tinggi.
Penyuluhan dan pendidikan perkawinan dapat meningkatkan kepenuhan keutuhan dari banyak perkawinan yang agak baik (memadai). Konseling krisis perkawinan dapat membantu sebagian pasangan suami-istri menghadapi masalah mereka dan menyelesaikannya dengan cara-cara yang penuh pertumbuhan. Terapi perkawinan sangat penting bagi perkawinan yang menderita gangguan yang mendalam.
Kehidupan Keluarga memberikan kesempatan mengalami kemesraan bagi banyak orang yang berada dalam satu budaya kesepian karena induvidu teramat penting. Dan perlu diketahui bahwa Injil menjadi hidup dalam hubungan keluarga sehari-hari. Suatu perkawinan yang bertumbuh dengan sehat adalah salah satu hubungan yang paling mesra dari segala hubungan. Hal ini membuatnya menjadi salah satu hubungan manusia yang paling berguna dan berat. Secara singkat, perkawinan dan Keluarga adalah tempat dimana orang dapat “menghayati agamanya” (Regina Westcott). (Halaman 322, 2002)

Penyuluhan dan Konseling Keluarga
Keluarga, menurut penulis, ialah sistem sosial dari hubungan utama. Individu memperoleh sumber utama pemeliharaan kejiwaan dan kerohanian Keluarga. Dalam masyarakat modern dan dalam Gereja terdapat beberapa jenis Keluarga. Pertama ialah Keluarga tradisional. Keluarga tradisional yang terdidri dari dua orang tua, pasangan suami-istri tanpa anak-anak (karena mereka tidak bermaksud mempunyai anak atau tidak mungkin memperoleh anak), Keluarga yang terdiri dari tiga angkatan (Kakek/nenek, Suami-istri dan Anak-anak). Kedua ialah beraneka macam hubungan yang dijalin dengan sengaja. Hubungan semacam inilah yang menjadi Keluarga banyak orang dewasa yang tidak menikah. Ketiga, sistem dukungan pemeliharaan yang terdiri dari teman-teman. Inilah yang merupakan keluarga bagi kebanyakan orang yang hidup membujang. Bab ini berpusat pada pengertian dan pertolongan kepada keluarga yang mencakub anak-anak. Tetapi, pemahaman dan metodenya banyak yang dapat digunakan untuk semua jenis Keluarga.

Keluarga Sebagai Sistem Sosial
Keluarga adalah suatu organisme atau sistem sosial. Pelopor terapi Keluarga, Naehan Ackerman menyarankan bahwa istilah “organisme” mengandung arti inti biologis, kwalitas proses hidup, kesatuan fungsional dan jalan hidup alamiah Keluarga (terdiri dari priode pengecambahan, kelahiran, pertumbuhan-perkembangan, kemampuan menyesuaikan diri kepada perubahan dan krisis, kemerosotan secara perlahan-lahan, dan pada akhirnya, terputusnya keluarga lama menjadi keluarga baru). Apapun yang mempengaruhi salah satu bagian dari organisme keluarga, secara otomatis akan mempengaruhi semua bagian lainnya. Sama halnya dengan satu tangan yang terluka dan infeksi, atau tangan yang sehat, akan mempengaruhi seluruh tubuh sakit atau sehat.
Dalam semua konseling, sebenarnya konselor berhadapan dengan jaringan orang-orang yang saling berkaitan, lepas dari sosial apakah dia menyadari fakta ini atau tidak. Dalam Konseling individual (untuk perseorangan) jalan masuk secara langsung yang diperoleh seorang konselor hanyalah menuju sebagian jaringan total antarpribadi sang individu. Keterbatasan ini kira-kira sama dengan soal yang dihadapi oleh dokter medis, jika sidokter berusaha membantu sipasien dengan hanya memeriksa dan mengobati lengan pasien. Kendatipun terdapat kekurangan dalam anologi (persamaan) ini (jelas bahwa orang lebih otonom dan mampu unutk membentuk hubungan baru yang tidak mungkin dilakukan sebuah lengan), peramaan ini menyampaikan kebenaran yang mendasar bahwa orang bersda dalam saling ketergantungan yang asisi. Penyuluhan dan konseling bagi pasangan suami-istri adalah metode yang secara langsung campur tangan dalam sistem keluarga seluruhnya dan memberikan bantuan yang lebih manjur kepada semua orang yang terlibat. Penyuluhan dan konseling keluarga ditujukan untuk menolong seluruh sistem keluarga untuk memperbaiki jaringan saling ketergantungan, sehingga semua orang dalam keluarga itu akan menjadi lebih bebas bergerak menuju keutuhan hidupnya. (Halaman 371-375, 2002).


Konseling Krisis Keluarga
Banyak krisis Keluarga yang menyebabkan Keluarga mengusahakan bantuan Pendeta. Krisis itu mencakub hubungan orang tua-anak, orang tua-anak remaja, anak-orang tua-kakek, suami/istri-mertua dan hubungan saudara kandung. Sasaran dan metode konseling krisis dan Konseling untuk pasangan suami-istri (seperti dilukiskan diatas), secara langsung dapat diterapkan pada Konseling krisis keluarga. Tetapi sumber daya dari pendekatan itu perlu dipadukan dengan perspektif sistem keluarga dan ditambahkan dengan metode terapim keluarga secara bersama. (Halaman 393, 2002)
Metode pendampingan dan Konseling kelompok merupakan sumber daya satu-satunya yang paling bermanfaat untuk memperluas dan memperdalam pelayanan penyembuhan dan pertumbuhan Gereja! Pendekatan kelompok yang menerapkan pemahaman yang luas tentang krisis dan masalah kehidupan, dapat membuat Gereja semakin bertambah kuat untuk mencegah masalah kepribadian, yakni yang merangsang pertumbuhan kearah keutuhan. Perkembangan yang menarik dalam penggunaan kelompok kecil ini kini sedang terjadi dalam sebagian jemaat. Tetapi kebanyakan Gereja hanya menyentuh bagian permukaan saja dari kemungkinan yang kaya dari kelompok kecil. (Halaman 459-460, 2002)

Peranan Penting Kelompok dalam Pendampingan dan Konseling
Dalam kehidupan Gereja, kelompok kecil adalah metodologi yang wajar dan telah teruji ketahanannya. Para pakar sejarah Gereja telah mencatat bahwa penggunaan kelompok kecil telah menjadi faktor yang dinamis dalam setiap gelombang kekuatan rohani dalam Gereja. Kekristenan bertumbuh melalui perombakan “jaringan kelompok baru dan kuat.” dalam disertasi Doktornya, Group Therapy as A Method for Chuch Work”, Robert Leslie memperkenalkan kelompok-kelompok penting di bawah ini, yang memainkan peranannya yang penting dalam sejarah Gereja. (Halaman 460)'

Penataran Warga Gereja Untuk Pelayanan Pendampingan
Dalam beberapa dekade belakangan ini, secara dramatis telah tejadi suatu penemuan kembali dari suatu fakta yang menarik perhatian, yaitu bahwa semua orang Kristen itu dipanggil untuk melayani karena mereka menjadi orang Kristen, entah mereka ditahbiskan sebagai pejabat Gereja atau tidak. Kesadaran baru ini memberikan suatu citra diri yang baru bagi para warga Gereja. Mereka tidak lagi sebagai warga Kristen kelas dua yang mempercayakan pekerjaan rohani hanya kepeda Pendeta. Mereka dipanggil untuk melaksanakan pelayanan yang vital dan unik kepada dunia diluar Gereja mereka, seperti kepada para tetangga, perkumpulan bisnis, serikat pekerja, teman, musuh dan khususnya kepada orang malang yang terbuang dan tertindas dimasyarakat. Vitalis (daya semangat) pelayanan warga Gereja telah mencapai suatu tingkat yang belum pernah terjadi sejak dekade permulaan gerakan Kristen. Kesempatan gerakan ini hampir tidak terbatas. Gerakan ini bagaikan angin yang berhembus melalui Gereja. Ia membangunkan suatu kelompok warga Gereja yang semakin bertambah, yang terdiri dari pria, wanita, maupun pemuda, sehingga mreka menjadi akan sadar pelayanan mereka bagi orang banyak.
Kebangunan kembali warga Gereja ini berdasar pada penemuan kembali pengertian Perjanjian Baru tentang Gereja, yaitu sebagai Umat Allah, tubuh Kristus dan Persekutuan Roh Kudus. Dalam Gereja setiap anggota, pria atau wanita, mempunyai pelayanan sendiri. Kata laity (warga Gereja) dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani laos dalam Perjanjian Baru dan menunjuk kepada semua orang Kristen. “Pelayanan pendamaian” (yang dilukiskan dalam 2 Kor 5:17) dipercayakan kepada keseluruhan Gereja, tidak hanya kepada suatu bagian pelayanan ahli.

Berbagai Implikasinya untuk Pendampingan dan Konseling Pastoral
Implikasi dari kebangunan kembali warga Gereja untuk Pendampingan dan Konseling Pastoral sangat penting dan menantang. Pendampingan Pastoral (Pengembalaan) bila dimengerti secara benar merupakan fungsi keseluruhan jemaat. Suatu jemaat sepantasnya berusaha keras untuk menjadi suatu organisme yang menyembuhkan, yang menyelamatkan dan mendorong pertumbuhan. Tujuan dari berbagai program Pendampingan Pastoral jemaat hendaklah untuk mengembangkan suatu iklim yang dinamis yang mengandung keprihatinan (concern) yang diterangi oleh cinta kasih yang bersifat timbal balik, dan secara lambat laun meresapi seluruh jemaat. Majelis/badan pengurus jemaat dan kegiatan kelompok kecil hendaknya diorientasikan untuk tujuan ini. Apabila Koinonia sudah terwujud dalam suatu jemaat, maka pelayanan timbal balik ini terjadi secara spontan ketika para anggota secara perseorangan berusaha memberikan diri mereka sendiri, sesuatu dengan apa yang dikatakan Luther, ”sebagai Kristus bagi sesamaku.” setiap anggota memilih kesempatan yang untuk untuk Pendampingan Pastoral. Tetapi gereja kita dapat memenuhi misalnya sebagai pusat penataran dan pemberian wewenag untuk penyembuhan dan pembebasan, keutuhan dan keadilan, asalkan jumlah warga Gereja yang mau menerima tantangan ini semakin meningkat.
Pelayanan pendampingan bagi warga Gereja pada dasarnya merupakan suatu pelayanan untuk orang yang membutuhkan pertolongan didalam Jemaat dan dalam Masyarakat. Tantangan dari perumpamaan Yesus tentang orang yang dirampok ditepi jalan di Yeriko ditujukan kepada semua pengikut-Nya. Norma dan gambaran-Nya tentang penghakiman terakhir semuanya berkaitan dengan pelayanan kasih, ”sebab ketika Aku lapar, kamu datang memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dipenjara, kamu mengunjungi Aku”(Mat 25:35-36).
Ketika ”kegembalaan dan semua orang percaya” menjadi suatu kenyataan didalam suatu jemaat, maka warga gereja akan melepaskan diri dari “kepenontonan”-nya dan mulai memenuhi pelayanan pribadinya. Pertumbuhan pribadinya dirangsang ketika dia menerjemahkan Imannya dalam karya nyata dibidang pelayanan. Kebutuhan manusia yang tidak terpenuhi disetiap jemaat dan masyarakat sangat banyak dan beraneka macam. (Halaman 521-524, 2002).

Pengertian tentang Konsep Dasar Pendampingan dan Konseling
Pengetahuan klinis dan pertumbuhan pribadi telah didiskusikan pertama-tama untuk menekan makna yang mendasar dari kedua hal itu dalam rangka latihan dan pembaharuan Konselor. Semakin baik kemampuannya bergaul, semakin bermanfaatlah alat konsepsional. Tanpa kemampuan itu, maka penguasaan konsep dapat membuatnya menjadi seorang teknisi yang pintar, tetapi bukan menjadi seseorang yang memampukan pertumbuhan. Semakin besar pertumbuhan Pendeta sebagai orang yang utuh, semakin bernilai pemahaman konsepsionalnya tentang psikodinamika dan Konseling dalam pelayanan kepada orang bermasalah. Melalui pembacaan dan studi yang berdisiplin, termasuk kursus penataran/penyuluhan maka seorang Pendeta atau Mahasiswa Teologi akan menempatkan pengertian pelbagai konsep dasar, seperti dibawah ini:
(1) Pertumbuhan dan kepribadian yang normal (mencakup psikologi anak, remaja dan dewasa).
(2) Dinamika perkawinan dan keluarga, penyuburan dan Konseling, termasuk perubahan identitas, hubungan dengan pria dan wanita.
(3) Dinamika kelompok.
(4) Psikopotologi (abnormal psychology).
(5) Metode Konseling individual.
(6) Kelompok pertumbuhan dan metode Konseling kelompok.
(7) Sumber daya rujukan lembaga masyarakat.
(8) Kepribadian dan kebudayaan (unsur sosio-ekonomi-politik) sebagai kekuatan yang mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan kepribadian dalam kebudayaannya sendiri dan dalam kebudayaan orang lain.
(9) Sejarah dan teori Pendampingan Pastoral.
(10) Teologi dan Konseling (mencakup teologi Konseling, dan peranan dinamis Agama dalam keutuhan dan kehancuran manusa).
Daftar ini mungkin dapat merangsang tanggapan seperti diungkapkan oleh Chauser, ”benda yang diukir sangat kecil tetapi seni mengukirnya sangat lama dipelajari.” tetapi inilah pokok yang mendasar yang pantas dikuasai Pendeta selama dia berada dalam pendidikan sekolah tinggi teologi atau pendidikan lanjutan, jika dia sepantasnya diperlengkapi untuk karya pertumbuhan bagi orang dalam segala dimensi pelayanannya.
Selama dekade terakhir ini, banyak hal yang telah terjadi diseminari dan dalam pendidikan lanjutan yang menyebabkan sumber daya yang kuat ini menjadi lebih tersedia bagi para Mahasiswa dan Pendeta. Namun masih banyak hal yang harus dikerjakan, khususnya dalam membimbing pengawasan. Dengan demikian para mahasiswa dapat memperoleh apa yang mereka butuhkan, yakni pengertian psikologis dan Konseling yang mendasar, sebelum mereka lulus dan memasuki jemaat. Para mahasiswa Teologi seharusnya didorong untuk mengambil paling sedikit seperempat bagian program CPE selama studi mereka diseminari. Ini lebih baik diambil sesudah tahun pertama. Para Pendeta yang sadar akan perlunya keterampilan Konseling yang lebih banyak perlunya mendekati seminari terdekat, pengawasan CPE atau buat Konseling Pastoral untuk memperoleh kursus penataran yang mereka butuhkan.
Para pemimpin denominasi Gereja mempunyai peranan penting dalam membantu peningkatan pelayanan antar pribadi (termasuk pendampingan dan Konseling Pastoral) Pendeta mereka. Para Pendeta semakin merasakan bahwa perencanaan karir dan pendidikan lanjuttan mereka harus mencakup pengalaman pertumbuhan pribadi dan Profesional. Hal itu memampukan mereka untuk mempelajari konsep dan metode baru yang terus menerus muncul dalam bidang Konseling. Semua denominasi sebaiknya menyediakan kursus Metode Studi Kasus Pastoral. Proses belajar itu hendaknya berfokus pada pendekatan baru dalam seni Pastoral. Lagipula, para Pimpinan Sinode atau badan pengurus Gereja seyogianya menyediakan regu ahli terapi pribadi dan Konseling Keluarga bagi Pendeta dan keluarganya jika diperlukan. Regu spesialis Konseling Pastoral seperti itu mengetahui frustasi, masalah dan ganjaran pelayanan seperti orang dalam (perasaan Pendeta dan keluarga mereka). Jadi, mereka mendapatkan keuntungan khas melebihi ahli terapi sekuler dalam menolong Pendeta dan suami/istrinya dalam menghadapi masalah umum yang berkaitan dengan identitas, peranan dan konflik Pendeta dan keluarganya.
Tentu Konseling hanya satu aspek saja dari pekerjaan Pendeta. Akan tetapi jika Pendeta merasa keterampilan ini penting artinya yntuk kehidupan orang yang berbeban berat, maka motivasinya intuk bertumbuh dibidang ini menjadi kuat. Banyak Pendeta sadar bahwa mereka menyerupai seorang tukang kayu yang terlalu sibuk menajamkan alat pertukangannya, jika mereka terlalu sibuk berpartisipasi dalam pengalaman terapi pribadi, pengawasan, kursus penyegaran, lokakarya Konseling. Untunglah bahwa pengalaman pertumbuhan profesi ini membantu orang meningkatkan komunikasi dan keterampilan pergaulannya secara umum. Pengalaman ini cenderung memperkuat dan memperdalam semua dimensi pelayanannya.
Dalam rangka mengikuti pemikiran dan penelitian baru dibidang psikologi Pastoral dan Konseling, maka para pendeta dianjurkan membaca salah atu majalah dalam bidang ini misalnya, The Journal of Pastoral Care dan Pastoral Pschology. Keduanya terbitan di AS.
Pendeta yang menekankan Konseling dalam pelayanannya, sepantasnya bergabung dengan Associaton for Practical Theology in Indonesia (APTI), Tramol Pos I, (Yogyakarta 55002). tujuan utama dari APTI ialah membantu untuk meningkatkan tingkat umum pendidikan dan praktek Konseling Pastoral. 1). Fokus perhatian Pendeta atas kebutuhan yang genting dari individu yang memerlukan Konseling, perlu Keseimbangan oleh Pelayanan Pendampingan Pastoral yang Luas. 2). Siapapun dapat membantu orang bermasalah tanpa harus menjadi seorang Konseling Terapi. 3) Biar bagaimana ketrampilan seorang Konselor, kadang-kadang dia gagal juga menolong Sebagian orang. Karena itu baiklah kita ingat keterbatasan kita sebagai Konselor dan keterbatasan kita dalam menolong lainnya. 4) Meningkatkan keterampilan Pendampingan Konseling merupakan suatu tantangan yang terus menerus seumur Hidup. Tidak ada seorangpun yang sempurna. Inti dari seni Konseling dapat di pelajari hanya dengan pengalaman.5). Setelah mengkaji beraneka ragam macam teori dan model Konseling, maka penting ditekankan kembali inti Persoalannya. 6). Pada akhirnya, Syukurlah segala penyembuhan dan Kesembuhan, pertumbuhan adalah pemberian Roh Kehidupan yang kreatif yang kita sebut Allah. Roh Kudus yang hidup memanggil kita agar turut berpartisipasi dengan penuh kegembiraan dalam menciptakan bersama suatu masa depan itu potensi ajaib Gereja yang belum maju dalam bidang penyembuhan dan Keutuhan dapat diwujudkan. (Halaman 564-567, Howard Clinebell, 2002)

BUKU
Tipe-Tipe dasar Pendampingan Konseling Pastoral, Howard Clinebell, Kanisus, Jogyakarta, 2002












BERITA HIV AIDS OK!!!!!
Pdt Masada Sinukaban
Kesaktian Peduli Generasi Indonesia

SERANG, KOMPAS.com — Sebanyak 51 warga Provinsi Banten dilaporkan meninggal dunia akibat tertular virus HIV/AIDS sehingga perlu adanya pencegahan agar penyakit itu tidak lagi menular kepada keluarga atau orang lain. Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Banten Ariep Mulyawan, Selasa, mengatakan, pasien penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia itu terakhir adalah tiga anak usia di bawah lima tahun (balita) yang menjalani perawatan di RSUD Serang dan Cilegon.Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, hingga saat ini penderita HIV/AIDS mencapai 1.413 kasus, di antaranya sebanyak 1.181 kasus HIV dan 232 kasus teridentifikasi AIDS. Adapun pasien HIV/AIDS yang meninggal dunia tercatat sebanyak 51 orang. Oleh karena itu, pihaknya meminta upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat menuju paradigma sehat."Jika sudah terkena penyakit itu, dipastikan akan menelan biaya cukup besar, dan karena itu lebih baik mencegah," katanya. Menurut dia, saat ini penemuan kasus penderita HIV/AIDS di Banten belum diketahui secara pasti karena secara estimasi angkanya mencapai 6.000 kasus.Sementara itu, pasien positif yang terkena HIV/AIDS dan kini menjadi obyek pengawasan Klinik Voluntary Counseling Treatmen (VCT) dan Care Support and Treatment (CST) RSUD Serang sebanyak 1.413 orang.Bahkan, epidemi HIV/AIDS sudah mengancam ibu rumah tangga dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tertular HIV/AIDS.Sejauh ini, penularan HIV/AIDS menjadikan ancaman bagi masyarakat dan kemungkinan wanita tunasusila atau wanita pria (waria) tertular virus HIV/AIDS. Sebab, mereka belum menjalani pemeriksaan di Klinik Teratai Voluntary Counseling Treatmen (VCT) dan Care Support and Treatment (CST) RSUD Serang."Untuk itu, pencegahan HIV/AIDS diwajibkan menggunakan kondom karena risikonya sangat kecil," katanya. Selain itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak menyalahgunakan narkoba, jarum suntik bekas, dan melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan karena bisa menimbulkan sumber penularan HIV/AIDS. "Bila kita tertular HIV/AIDS, tentu yang rugi keluarga sendiri," ujarnya.

Artistic impression of HIV and immune system cells
Virus HIV
AIDS
SAVE YOURSELF !!!

Apakah HIV itu ?
HIV, yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS
HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani atau cairan vagina
Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun.
Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian.
Bagaimana HIV ditularkan ?
HIV dapat ditularkan melalui 3 cara, yaitu :
Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
Transfusi darat atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Melalui Alat Suntik.
HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.
Gejala-Gejala AIDS
Merasa kelelahan yang berkepanjangan
Deman dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas.
Batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang berkepanjangan.
Diare/mencret terus-menerus selama 1 bulan
Bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa
Berat badan menurun secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas dalam 1 bulan.
Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.
Bagaimana mengetahui Orang yang Sudah Terinfeksi HIV ?
Hanya melalui penglihatan, Anda tidak bisa tahu apakah seseorang sudah terinfeksi HIV atau tidak.
Pada kenyataannya, pengidap HIV terlihat sangat sehat.
Satu-satunya cara untuk mengetahui hai ini adalah melalui tes darah HIV
Di Indonesia, terdapat cukup banyak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang dapat membantu
Anda untuk mendapatkan pelayanan tes darah.
TES HIV
Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat diketahui dari penampilan fisiknya saja karena orang tersebut terlihat seperti orang sehat lainnya. Jadi, untuk menentukan seseorang terinfeksi HIV atau tidak harus dilakukan pemeriksaan darah.
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya anti bodi HIV di dalam darah. Antibodi HIV ini dihasilkan oleh tubuh sebagai reaksi system kekebalan tubuh terhadap infeksi HIV. Oleh sebab itu, pemeriksaan ini lebih tepat disebut "Tes Antibodi HIV" bukan tes AIDS.
Perlukan Tes HIV ?Jika anda merasa memiliki kemungkinan terinfeksi HIV, maka sebaiknya segera memeriksakan diri. Hal ini penting untuk memastikan status anda. Jika anda positif, dapat segera dilakukan perawatan kesehatan lebih lanjut yang intensif agar dapat menjaga kondisi dan mencegah penularan kepada orang lain.
Melindungi Diri Dari HIV/AIDS
Jangan melakukan hubungan sesk dengan pasangan yang anda tidak ketahui kondisi kesehatannya.
Hindari berganti-ganti pasangan seksual.
Gunakanlah kondom dalam melakukan hubungan seks, jika salah satu atau keduanya terinfeksi HIV
Jika membutuhkan transfusi darah, mintalah kepastian bahwa darah yang akan diterima bebas HIV
Gunakan alat suntik sekali pakai
Hindari mabuk-mabukan dan narkotik yang membuat Anda lupa diri.
Bagaimana caranya untuk tes HIV ?
Sebelum anda memeriksakan diri, konsultasilah terlebih dahulu kepada konselor atau tenaga kesehatan yang berpengalaman.
Ketahui dan pahami pengertian HIV/AIDS, faktor resiko dan cara penularan, introspeksi diri dan cara pencegahannya.
Apabila anda sudah yakin dan siap menerima segala resiko dan test HIV, silahkan periksa.
Pilihlah pemeriksaan tanpa identitas untuk menjaga kerahasiaan anda.
Test HIV dapat dilakukan dirumah sakit atau laboratorium kesehatan yang melayani Test HIV sesuai rujukan dari konselor anda (Tempat konsultasi dapat dilihat pada brosur ini)
Konsultasikan kembali hasil tes tersebut dan minta penjelasan arti dari hasil tes tersebut kepada konselor atau tenaga kesehatan yang berpengalaman.
Apakah AIDS itu ?
AIDS yang merupakan kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sindroma menurunkan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit, karena sistem kekebalan di dalam tubuhnya telah menurun.
Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS.
Agar dapat terhindar dari HIV/AIDS, anda harus tahu bagaimana cara penularan dan pencegahannya.
Apakah IMS itu ?
IMS (Infeksi Menular Seksual) sering juga disebut penyakit Kelamin, yaitu penyakit-penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin.
orang yang mengidap IMS memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV, karena luka yang terbuka memberikan jalan masuk bagi HIV.
HIV terutama ditularkan lewat hubungan seks, karena itu HIV juga termasuk jenis IMS.
Apakah Tanda-tanda atau Gejala-gejala IMS ?
Beberapa tanda atau gejala IMS adalah sebagai berikut :
Ada cairan yang keluar dari penis, vagina atau dubur. Terasa pedih atau panas sewaktu buang air kecil dan/atau melakukan hubungan seks.
Nyeri di perut bagian bawah (wanita), buah pelir (laki-laki), serta pantat dan kaki. Pada wanita seringkali gejala ini tidak dirasakan, walaupun sebenarnya sudah terkena IMS.
Melepuh, lecet, kutil, ruam dan/atau pembengkakan di sekitar kelamin, alat kelamin dan/atau mulut.
Gejala seperti itu juga meliputi demam, pusing nyeri otot dan/atau pembengkakan kelenjar.
Jika anda merasakan salah satu tanda atau gejala diatas, segera periksa diri ke dokter atau layanan kesehatan terdekat.
Bagaimana Agar Anda Terhindar dari HIV dan IMS ?
Gunakan KONDOM
Kondom merupakan penghambat atau dinding pencegah terjadinya pertukaran cairan yang berasal dari dalam tubuh.
Jika Anda suka berganti-ganti pasangan atau terlibat hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan, kondom adalah alat perlindungan yang baik
Menggunakan kondom berarti 10.000 kali lebih terlindung daripada tidak menggunakannya
Sewaktu hendak menggunakan kondom, pastikan bahwa kondom tersebut berkualiatas baik, berstandar mutu internasional dan perhatikan pula tanggal kadaluarsa kondom.
Bagaimana Menggunakan Kondom yang benar ?
1
Pijit ujung kondom agar tidak ada gelembung udara dan pasangkan ke zakar yang sudah tegang. Awas jangan sampai terbalik.
2
Lepaskan gulungan kondom sampai pangkal zakar
3
Bila ingin menambah pelicin, oleskan pada kondom yang sudah terpasang. Pakailah pelicin berbahan dasar air, seperti KY Jelly, Topgel, Vigel atau Aquagel. Jangan pakai Handbody lotion, nivea dan krim lainnya karena berbahan dasar minyak dan dapat membuat kondom rusak dan robek.
4
Bila konodm robek sewaktu berhubungan seks, segera ganti dengan yang baru. Pasangkan lagi kondom sesuai petunjuk 1-3
5
Jika sudah selesai dan sperma sudah keluar, segera tarik penis (selagi masih tegang) dengan memegang pangkal kondom, supaya sperma tidak sampai tertumpah dan jangan sampai tertinggal di liang senggama atau dubur.
6
Buang kondom di tempat yang aman. Jangan buang di sembarang tempat, apalagi ke dalam jamban.
Apa yang Perlu Anda Perhatikan tentang Kondom ?
Jangan gunakan kondom bila kemasannya rusak, warnanya tidak seragam, kering atau lengket dan bila Anda meragukan kualitasnya.
Jangan menyimpan kondom di dalam dompet atau saku belakang celana anda, karena kondom Anda bisa rusak.
Jaga kondom agar tidak terkena sinar matahari langsung. Simpanlah kondom Anda di tempat yang sejuk dan kering.
Jangan menggunakan pelumas berbahan dasar minyak seperti Body lotion, Vaseline atau Baby oil, karena dapat menyebabkan kondom rusak atau robek. Pakailah pelumas yang berbahan dasar air.


Lima Balita Tertular HIV

/
Selasa, 14 April 2009 18:19 WIB
SERANG, KOMPAS.com - Sebanyak lima Balita di Provinsi Banten, positif tertular HIV/AIDS dari ibu kandungnya sehingga mereka kini ditangani intensif di Klinik Voluntary Counseling Treatmen (VCT) dan Care Support and Treatment (CST) RSUD Serang. "Saat ini epidemi HIV/AIDS sudah mengancam ibu rumah tangga dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tertular HIV/AIDS," kata penanggung jawab Klinik Teratai VCT/CST RSUD Serang, dr Santoso Edi Budiono.Santoso mengatakan, saat ini balita dan 10 ibu rumah tangga yang tertular HIV terus diawasi karena bisa menularkannya kepada keluarga dan orang lain. Ibu rumah tangga itu menjadi korban HIV/AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seks dengan bergonta-ganti pasangan atau pecandu narkoba. Sedangkan tiga bayi yang dilahirkan bisa diselamatkan karena telah dilakukan pencegahan ketika bayi masih dalam kandungan memberikan obat, melahirkan melalui operasi caesar dan mengganti Air Susu Ibu (ASI) dengan susu formula.Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada ibu rumah tangga yang positif HIV/AIDS jika ingin melahirkan terlebih dulu berkonsultasi dengan petugas agar dapat dicegah penularan virus HIV/AIDS. Dia mengimbau kepada berbagai elemen masyarakat agar melakukan pencegahan penyakit HIV/AIDS dengan tidak mengkonsumsi narkoba, menggunakan jarum suntik bekas, dan hubungan seks yang gonta-ganti pasangan.Sebagian besar penularan HIV/AIDS disebabkan jarum suntik, narkoba, hubungan seks dengan mereka yang sudah terkena HIV/AIDS dan melalui transfusi darah.Selain itu, pihaknya menyarankan kepada laki-laki untuk menggunakan kondom karena kondom bisa mencegah risiko penularan HIV/AIDS."Selama ini, ujar dia, penderita HIV/AIDS sekitar 92 persen berasal dari kaum laki-laki dan setiap tahun terus mengalami peningkatan."Saya kira untuk mencegah HIV/AIDS masyarakat harus membangun paradigma hidup sehat," katanya.


AIDS
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)Klasifikasi & sumber eksternal

Pita Merah terlipat adalah simbol solidaritas orang-orang yang positif terinfeksi virus HIV dan AIDS.

Daftar singkatan dalam artikel ini :
AIDS: Acquired immune deficiency syndromeHIV:
Human immunodeficiency virusCD4+: Sel T pembantuCCR5: Chemokine (C-C motif) receptor 5CDC: Centers for Disease Control and PreventionWHO: World Health OrganizationPCP: Pneumocystis pneumoniaTB: TuberkulosisMTCT: Mother-to-child transmissionHAART: Highly active antiretroviral therapySTI/STD: Sexually transmitted infection/disease
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat
HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari
Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.[6]
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

[sunting] Gejala dan komplikasi


Gejala-gejala utama AIDS.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh
bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti
demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
[sunting] Penyakit paru-paru utama


Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.
Pneumonia pneumocystis (PCP)[10] jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah
fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.[11]
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang
sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat.[12] Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.
[sunting] Penyakit saluran pencernaan utama
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.[13]
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari
antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.[14]
[sunting] Penyakit syaraf dan kejiwaan utama
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.[15] Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.[16]
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.[17] Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%,[18] namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV.[19][20] Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.
[sunting] Kanker dan tumor ganas (malignan)


Sarkoma Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh
virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).[21][22]
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (
limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti
limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[23]
[sunting] Infeksi oportunistik lainnya
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama
demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.[24]
[sunting] Penyebab
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat HIV.


HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat
infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa
terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.[25] Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.[26][27] Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih beresiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.[25][28][29] Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. [30] HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.[31][32][33] Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
[sunting] Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau
membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih beresiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan resiko hubungan seks anal lebih besar daripada resiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak beresiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.[34] Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.[35]
Penyakit menular seksual meningkatkan resiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar resiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.[36]
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.[36][37] Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.[38][39] Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
[sunting] Kontaminasi patogen melalui darah


Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba.
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita
hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan resiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi resiko itu.[40] Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman.[41] Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.[42]
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".[43]
[sunting] Penularan masa perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (
in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.[44] Sejumlah faktor dapat memengaruhi resiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi resikonya). Menyusui meningkatkan resiko penularan sebesar 4%.[45]
[sunting] Diagnosis
Sejak tanggal
5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
[sunting] Sistem tahapan infeksi WHO


Grafik hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4+ pada rata-rata infeksi HIV yang tidak ditangani. Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang. jumlah limfosit T CD4+ (sel/mm³) jumlah RNA HIV per mL plasma
Pada tahun 1990,
World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.[46] Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
Stadium I: infeksi HIV
asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
Stadium II: termasuk manifestasi
membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang
Stadium III: termasuk
diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
Stadium IV: termasuk
toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
[sunting] Sistem klasifikasi CDC
Terdapat dua definisi tentang AIDS, yang keduanya dikeluarkan oleh
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Awalnya CDC tidak memiliki nama resmi untuk penyakit ini; sehingga AIDS dirujuk dengan nama penyakit yang berhubungan dengannya, contohnya ialah limfadenopati. Para penemu HIV bahkan pada mulanya menamai AIDS dengan nama virus tersebut.[47][48] CDC mulai menggunakan kata AIDS pada bulan September tahun 1982, dan mendefinisikan penyakit ini.[49] Tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS mereka dengan memasukkan semua orang yang jumlah sel T CD4+ di bawah 200 per µL darah atau 14% dari seluruh limfositnya sebagai pengidap positif HIV.[50] Mayoritas kasus AIDS di negara maju menggunakan kedua definisi tersebut, baik definisi CDC terakhir maupun pra-1993. Diagnosis terhadap AIDS tetap dipertahankan, walaupun jumlah sel T CD4+ meningkat di atas 200 per µL darah setelah perawatan ataupun penyakit-penyakit tanda AIDS yang ada telah sembuh.
[sunting] Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.
[51] Kurang dari 1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan.[51] Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.
[sunting] Pencegahan
Perkiraan resiko masuknya HIV per aksi,menurut rute paparan
[52]
Rute paparan
Perkiraan infeksiper 10.000 paparandengan sumber yang terinfeksi
Transfusi darah
9.000
[53]
Persalinan
2.500
[44]
Penggunaan jarum suntik bersama-sama
67
[54]
Hubungan seks anal reseptif*
50
[55][56]
Jarum pada kulit
30
[57]
Hubungan seksual reseptif*
10
[55][56][58]
Hubungan seks anal insertif*
6,5
[55][56]
Hubungan seksual insertif*
5
[55][56]
Seks oral reseptif*
1
[56]§
Seks oral insertif*
0,5
[56]§
* tanpa penggunaan kondom§ sumber merujuk kepada seks oralyang dilakukan kepada laki-laki
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui
hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.[59]
[sunting] Hubungan seksual
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa
pelindung antarindividu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia.[60] Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan.[61] Kondom laki-laki berbahan lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara seksual dan penyakit menular seksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahan tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang. Jika diperlukan, pihak produsen menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan.[62]
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan kondom wanita, cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan strategi pencegahan HIV yang penting.[63]
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi adalah di bawah 1% per tahun.[64] Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara maju. Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan beresiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga mengabaikan resiko yang mereka hadapi atas infeksi HIV.[65] Namun demikian, transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan
uji acak terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan resiko infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat. Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapat meningkatkan perilaku seksual beresiko sehingga mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.[66]
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan resiko terkena HIV melalui hubungan seksual.[67] Adapun rumusannya dalam bahasa Indonesia:[68]

Anda jauhi seks,Bersikap saling setia dengan pasangan,Cegah dengan kondom.

[sunting] Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi


Wabah AIDS di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003.
Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan
program penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan dari apotek tanpa perlu resep dokter.
[sunting] Penularan dari ibu ke anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission, MTCT).
[69] Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin.[5] Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika.[70] Dari semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.[5]
[sunting] Penanganan
Lihat pula
HIV dan Obat antiretrovirus.


Abacavir – Nucleoside analog reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau NRTI)


Struktur kimia Abacavir
Sampai saat ini tidak ada
vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).[40] PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.[71]
[sunting] Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah
terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART).[72] Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.[6] Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa.[73] Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.[74]
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan.[75][76] Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART.[77] Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV.[78][79][80] Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan.[25] Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun.[81][82] Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapan HAART.[83] Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin .[84][85][86] Berbagai efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan resiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.[87][88]
Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.[89]
[sunting] Penanganan eksperimental dan saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian.
[89] Namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin.[89]
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam beresiko terinfeksi.[90] Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.[71]
[sunting] Pengobatan alternatif
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit.
[91] Akupuntur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.[92] Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.[93]
Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.[94] Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat.[94] Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.[95]
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.[96]
[sunting] Epidemiologi

Diambil dari Internet Oleh Pdt Masada Sinukaban